Berikut cara meredam emosi dan marah yang bisa diterapkan:
Cobalah tidak berkata apa-apa.
Ketika sedang dalam suasana hati yang buruk, emosi yang meledak bisa membuat seseorang melakukan tindakan agresif. Jika membiarkan diri untuk berkata sesuatu dalam suasana seperti itu bisa jadi akan menyakiti perasaan orang lain serta memperparah hubungan. Berdiam diri selama beberapa waktu akan membantu membiarkan diri melepaskan perasaan kemarahan.
Ambil napas dalam - dalam.
Cara sederhana ini merupakan jurus paling ampuh dalam menghadapi suasana hati yang tidak menentu. Setiap kali kamu ingin marah, segeralah menurunkan bahu dan bernapas dalam - dalam. Ini akan membantumu untuk lebih tenang dan santai.
Berolahraga.
Kamu dapat mengubah kemarahan menjadi energi dengan berolahraga. Gerak langkah dapat mendukung pikiranmu untuk melepaskan zat kimia otak yang akan membantumu tenang.
Usahakan tidur.
Jika kamu merasa kesal dengan seseorang di malam hari, mungkin karena saat itu kamu sedang merasa lelah. Tapi, coba paksakan dirimu untuk menunda kemarahan yang berapi - api dan cobalah untuk tidur. Jika kamu berhasil, keesokan paginya kemarahan biasanya akan mereda.
Menerima kesalahan.
Sebagian orang banyak yang membenci dirinya ketika melakukan kesalahan. Bahkan tidak bisa mengakui kesalahannya. Tapi, coba renungkan, kesalahan yang telah kamu perbuat. Berhentilah bertanya pada diri sendiri "Apakah aku salah?", tanggapi kesalahan yang kamu lakukan dengan kelembutan, bukan kemarahan.
Tertawa.
Humor adalah jawaban untuk segala sesuatu, olahraga pun demikian. Jika benar - benar tak bisa menahan amarah, coba siapkan lelucon, atau mengolok - olok diri sendiri, atau berteriak dengan kata - kata lucu.
Setelah itu untuk meredakan marah dan kesalahan, tentu lebih baik mengucapkan kata maaf. Tetapi, apakah kamu sudah meminta maaf dengan tepat? Menurut Max Davidson, seorang penulis buku asal Inggris, "Maaf" adalah kata yang paling sulit untuk diucapkan. Namun, ketika diucapkan ada caranya agar si pemberi maaf bisa kembali mempercayai kamu. Untuk itu, kamu perlu menghindari lima 'dosa' saat meminta maaf.
1. Permintaan maaf yang berfungsi sebagai alasan.
Jika ingin meminta maaf, katakanlah dengan tulus. Jangan merusaknya dengan menyampaikan alasan demi pembenaran kesalahan yang kamu lakukan. Berkata "Maafkan aku ya sayang", menurut Davidson 20 kali lebih baik daripada mengatakan, "Maafkan aku ya sayang, karena aku lelah di bawah tekanan dan di luar kendali" atau alasan apapun itu. Simpan alasanmu, jika memang ditanya.
2. Minta maaf bersyarat.
Meminta maaf seharusnya adalah tindakan tulus, seperti pernyataan cinta. Jika kamu mengajukan syarat atau berandai - andai dengan menyisipkan 'jika', akan sulit mendapatkan maaf orang lain. Jadi, hindari mengatakan "Maaf jika aku menyakiti kamu" atau sejenisnya. Dengan meminta maafnya seharusnya kamu sudah sadar kalau telah menyakiti orang lain.
3. Air mata.
Menangis saat meminta maaf memang terkadang sebuah reaksi alami. Tetapi, air mata seringkali malah membuat orang lain mengira kamu berpura - pura. Sesedih apapun perasaan yang kamu rasakan, minta maaf lah dengan tegas dan tulus, buatlah orang percaya dengan ketulusanmu.
4. Menyalahkan orang lain.
Jangan pernah meminta maaf sambil menyalahkan orang lain. Hal itu hanya akan membuatmu seperti orang bodoh. Dengan menyalahkan orang lain, berarti kamu tidak tulus meminta maaf dan tidak menyadari kesalahan.
5. Tidak tegas.
Maaf sangat ambigu, jadi perjelas pemintaan maafmu dengan kalimat yang lengkap. "Aku minta maaf atas kesalahan yang dilakukan", adalah penggambaran permintaan maaf. Sedangkan "Aku minta maaf atas apa yang telah terjadi" adalah gambaran penyesalan.
Disarikan dari berbagai sumber.
ARTIKEL TERKAIT: