Sosok pecinta alam sebagaimana yang kita ketahui adalah sosok yang diharapkan bisa menjadi pelopor dalam menjaga serta melestarikan alam beserta kehidupan didalamya mencakup bagaimana dalam berpola serta berperilaku dalam kehidupan sehari - hari namun ironisnya, sebagaimana yang kita lihat dalam realitas yang sementara berkembang justru sosok pecinta alam tidak ( ataukah belum ) berada dalam kondisi yang kita harapkan bersama ( fakta ).
Tidak ada yang salah dengan pecinta alam , sosok yang berada dalam pecinta alam tersebut yang tanpa dia sadari yang bertingkah seolah peduli namun kenyataannya tidak ambil pusing sama sekali akan keadaan tersebut.
Alih - alih peduli akan Alam, peduli akan dirinya sendiri pun kita mungkin sepakat untuk mengatakan tidak! Apakah betul bisa kita katakan peduli apabila masih ada yang juga sosok pecinta alam yang masih mengkonsumsi minuman keras dan obat - obatan terlarang? Apakah ini yang kita namakan cinta? tak ada dasar sama sekali akan hubungan yang simetris tentang menjaga kelestarian lingkungan beserta kehidupan didalamnya dengan masih mengkonsumsi barang - barang haram tersebut.
Belum lagi pengetahuan yang mendasar terkadang hanya dijadikan sebagai materi yang merupakan program kerja tanpa disadari akan pentingnya untuk dimiliki bagi setiap sosok tersebut. Bagaimana bisa untuk berbuat kalau kita tak tahu dan sama sekali tak paham?
Maka yang ada di dalam kepala sosok tersebut hanyalah bagaimana untuk bisa survive ataukah keterampilan - keterampilan lainnya tanpa pernah mau untuk menyadari untuk apa dia harus pahami pengetahuan akan keterampilan tersebut. Apakah sosok pecinta alam tidak lagi harus belajar untuk mengetahui hal - hal yang lain selain daripada sekedar materi - materi keterampilan kepecintaalaman?
Sosok pecinta alam seolah - olah menjadi momok yang menakutkan dalam setiap sisi kehidupannya. Arogansi, solidaritas buta, dsb bisa kita ketemukan didalam sosok tersebut. Bagaimana tidak? Untuk bisa menjadi sosok pecinta alam harus melalui proses “diklat ( atau apapun namanya )” yang notabene kekerasan bahkan ”MENCABUT HAK ASASI MANUSIA” bisa kita temui di dalamnya. Berarti setiap sosok pecinta alam bisa berpeluang untuk menjadi penjahat Hak asasi manusia? Sangat kontradiksi dengan kata CINTA yang ada didalam nama PECINTA ALAM tersebut.
Tak ada yang salah dengan PECINTA ALAM, yang ( mungkin ) salah adalah sosok - sosok yang dengan bangganya kebetulan berada didalamnya yang dengan kebanggaannya tak mau lagi mengerti apalagi sadar untuk apa dia berada didalam organisasi yang sebenarnya suci tersebut, yang ( mungkin ) salah adalah sosok - sosok yang dengan bangganya kebetulan berada didalamnya yang dengan kebanggaannya tak mau lagi untuk mendengar saran serta kritikan - kritikan dari luar seolah hanya sosok pecinta alam saja manusia yang hidup.
Manusia adalah Khalifah yang diturunkan untuk menjaga dan melestarikan Alam beserta seluruh kehidupan didalamnya, dan sosok pecinta alam bukanlah satu - satunya manusia di muka bumi ini. Seluruh warga bumi berhak untuk menjaga dan melestarikan Alam beserta seluruh kehidupan didalamnya.
Percuma naik gunung jikalau menaklukkan diri sendiri saja sulit untuk dilakukan. Seharusnya segala sisi - sisi kelam manusia bisa dikeluarkan bersamaan dengan bercucurannya keringat yang menetes dalam perjalanan menuju ke puncak gunung. Puncak gunung yang sebenarnya justru berada dalam diri manusia itu sendiri.
Rasa - rasanya memang betul perlu ditinjau kembali mengapa setiap sosok pecinta alam harus ke puncak gunung padahal alam bukan hanya gunung saja…pecinta alam bukan pecinta gunung. Seharusnya setiap sosok pecinta alam mulai sekarang harus bisa untuk membuka mata dan hati untuk bisa melihat bahwasanya untuk menjaga serta melestarikan alam beserta kehidupan didalamnya harus berarti pula untuk bisa menjadi khalifah yang baik.
Maksudnya, semoga bisa menjadi teladan yang baik dalam kehidupan sehari - hari. Mulai untuk membuka mata bahwasanya dengan memperhatikan manusia lain beserta kondisi disekelilingnya hal itu berarti langkah awal untuk menuju ke puncak gunung yang sebenarnya. Bukan puncak gunung yang biasa kita daki bersama.
Jikalau tak berbenah dan segera mengevaluasi diri, bukan tidak mungkin pecinta alam bisa kehilangan kesuciannya didalam perjuangan yang sebenarnya mulia ini. Bagaimana di satu sisi bisa memanusiakan manusia dalam sebuah konteks kaderisasi dan sementara disisi lain berperan aktif didalam tugasnya sebagai khalifah di muka bumi ini.
Salam untuk sebuah perubahan yang kecil menuju sebuah perubahan yang lebih besar. Mulia ataukah hinanya sebuah organisasi berawal dari kesadaran - kesadaran penghuninya yang membawa nama baik organisasinya.
Karena sebenarnya kesalahan - kesalahan sosok bisa diindikasikan sebagai suatu kesalahan - kesalahan organisasi yang menaungi sosok tersebut. Berpijak dari hal yang kecil untuk kemudian dihadapkan dengan realita - realita dan membentuk sebuah kesadaran kritis dalam berpola serta berperilaku dalam kehidupan sehari - hari. Semoga ide - ide yang tulus akan selalu selaras dengan realita - realita yang baik.
ARTIKEL TERKAIT: