Penelitian Antara Mendaki Gunung Dan Gagal Jantung

Kabar duka dirasakan oleh rakyat Indonesia pada umumnya dan para pendaki gunung pada khususnya atas meninggalnya Wakil Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Widjajono Partowidagdo pada hari Sabtu 21 April 2012. Beliau meninggal saat mendaki Gunung Tambora di Sumbawa Nusa Tenggara Barat setelah mengalami serangan jantung.

www.belantaraindonesia.org

Pak Wid, demikian ia disapa, merupakan pendaki gunung veteran. Tercatat Gunung Kerinci, Rinjani, Semeru, Tujuh, Agung, dan Latimojong pernah didakinya. Maka itu kepergian Pak Wid yang demikian tiba - tiba mengagetkan semua pihak.

Belum ada penelitian yang menyebut kaitan antara gagal jantung dengan pendakian gunung. Maka itu, sekelompok peneliti berangkat ke kawasan Gunung Everest untuk menyiapkan laboratorium di kaki gunung tertinggi di dunia tersebut. Mereka akan mempelajari efek ketinggian pada manusia.

Tim yang berasal dari Mayo Clinic, Minnesota, Amerika Serikat itu akan memonitor sembilan pendaki yang berupaya untuk mendaki gunung itu. Tujuannya, jika fisiologi manusia pada ketinggian sudah diketahui, kemungkinan informasi itu bisa digunakan untuk membantu pasien yang mengalami kelainan jantung dan penyakit lain.

Kami tertarik untuk mengetahui hubungan antara fisiologi pada ketinggian dengan fisiologi kegagalan jantung,” kata Bruce Johnson, ketua tim peneliti. “Apa yang kami lakukan di sini akan membantu upaya yang kami lakukan di laboratorium Mayo Clinic,” ucapnya.

Dari Kathmandu, Nepal, Johnson dan delapan anggota timnya berangkat ke Lukla, kawasan yang berada di dekat Everest. Setelah itu, mereka menempuh perjalanan kaki selama satu minggu untuk mencapai lokasi yang ditentukan. Sejumlah kurir membantu membawakan perlengkapan medis seberat 680 kilogram.

Adapun kawasan yang mereka jadikan markas berada di ketinggian sekitar 5.300 meter. Markas ini tuntas dibangun pada pertengahan Mei 2012. Menurut para peneliti, ketinggian ekstrem Gunung Everest membuat para pendaki berada di kondisi yang sama dengan mereka yang mengalami penyakit jantung. Selain jantung, tim peneliti juga akan mempelajari efek ketinggian pada hati, paru - paru, berkurangnya jam tidur serta massa otot.

Tim kami fokus pada kemampatan paru - paru saat kegagalan jantung terjadi dan kemampatan paru - paru sering kali membunuh para pendaki gunung."

Ratusan pendaki dan pemandu arah mencoba mendaki Everest setiap tahunnya. Sejumlah orang di antaranya mengalami penyakit akibat ketinggian dan komplikasi lain akibat rendahnya level oksigen di gunung berketinggian 8.850 meter tersebut.

Bahkan, seorang pemandu berpengalaman yang telah mendaki Everest setidaknya sepuluh kali tewas akibat penyakit ketinggian. Kasus ini merupakan kematian pertama di musim pendakian Everest yang puncaknya akan terjadi pada sekitar bulan Mei, saat kondisi cuaca umumnya membaik hingga mempermudah pendaki untuk mencapai puncak.  Nationalgeograpic

ARTIKEL TERKAIT:

Alamat:

Labasan Pakem Sleman Yogyakarta 55582

Jam Kerja:

Senin - Kamis dari Jam 9.00 Wib to 17.00 Wib

Telepon:

0813 9147 0737

"Salam Rimba Indonesia"

Indonesia kaya akan keindahan alam dan tugas kita untuk menjaga sekaligus menikmatinya.

Kami, Para Sherpa selaku admin webblog Belantara Indonesia mengucapkan:
"Selamat menjelajah alam cantik Indonesia".

×