Perjalanan yang bisa kami sebut sebagai rutinitas menuju Merapi pada tanggal 6 April 2013 adalah dalam rangka kami menjenguk Cantigi yang dahulu pada kurun 8 April 2012 kami pupuk agar Cantigi tetap terjaga. Alangkah segar dan senangnya hati kami, saat menjumpai Cantigi telah sangat bersemi.
Banyak pendaki gunung yang tidak tahu dengan Cantigi, pohon kerdil yang hanya tumbuh di puncak gunung, berdaun kemerahan seperti ibu jari dan berbuah warna hitam. Pohon kerdil inilah yang memberikan bantuan terhadap pendaki untuk berpegang ketika naik dan turun gunung.
Pohon ini pulalah yang melindungi pendaki dari terjangan badai. Pohon ini pulalah yang menyediakan lantai yang nyaman untuk bivak. Ia hasilkan buah dan pucuk yang bisa dimakan bagi pendaki yang tersesat.
Cantigi Sang Pelindung memiliki daya tahan yang hebat. Mampu tumbuh di media yang sedikit makanan dan nutrisi. Akarnya kuat mencengkeram. Sehebat apapun badai, Cantigi tak akan tumbang. Kuat mengadapi cuaca yang ekstrim dingin, dan menepis panas yang lekang. Tidak pernah kita bayangkan bukan, jika Cantigi sehebat itu?
Rasanya tidak ada yang percuma apabila menjadi pendaki konservatif, yang tidak hanya tahu naik dan turun gunung tanpa meninggalkan apapun juga. Mari kita mulai palingkan wajah dan harapan baik ke Cantigi, sang pelindung para pendaki.
Rawat dan biarkan dia hidup di rumahnya. Bunga yang tidak hanya indah di sela tebing terjal dan tingginya gunung, dia juga melindungi pendaki dari terpaan badai.
ARTIKEL TERKAIT: