Sang Kekasih Gunung

Sang Kekasih Gunung. Bangga rasanya bila kalimat itu tersemat di jaket kita. Dengan begitu, menandakan bahwa kita memang di cintai oleh gunung - gunung yang kita sambangi. Kemudian, apa syaratnya agar kita di cintai gunung - gunung? Banyak dan ternyata banyak juga dilupakan oleh para pendaki.

Sang Kekasih Gunung

Taat Peraturan Serta Disiplin
Rata - rata gunung yang masuk kawasan konservasi, misalnya Taman Nasional sudah mempunyai peraturan baku untuk para pendakinya. Mentaati semua peraturan ini, 50% perjalanan kita sudah berhasil. Salah satu contohnya adalah kewajiban membawa perlengkapan standar pendakian seperti raincoat, sepatu trecking yang menutup mata kaki, baju ganti, baju hangat atau jacket, Sleeping Bag, tenda, perlengkapan P3K, dan perbekalan yang cukup.

Masalah perbekalan ini juga kadang disepelekan, padahal sebenarnya juga masalah sepele. Cukup bawa makanan sehari - hari. Berapa lama kita di gunung, dan makan berapa kali, itu saja. Raincoat, jacket, pakaian ganti, dan sleeping bag yang sering diabaikan ini biasanya menyebabkan para relawan harus mengevakuasi korban atau mayat karena Hipotermia.

Lalu kemudian akan timbul pertanyaan “Bagaimana dengan pendaki yang tidak mempunyai perlengkapan cukup, apakah tidak boleh ikut menikmati keindahan alam?”. Jawabannya sangat simpel sebenarnya. Apakah tidak bisa ditunda, dengan didahului dengan menabung misalnya. Atau menyewa, atau jika terpaksa meminjam. Toh harga sebuah sleeping bag hanya setara 10 bungkus rokok misalnya.

Kadang kita melihat foto - foto di puncak gunung di jejaring sosial dengan caption, “sebuah impian yang terwujud”. Bukankah untuk mencapai sebuah impian butuh pengorbanan dan perjuangan?, menabung adalah salah satu proses perjuangan untuk mencapai impian.

Sang Kekasih Gunung
Oro - Oro Ombo by Belantara Indonesia
Terbukti di lapangan, pendaki - pendaki bonek ini banyak menjadi korban keganasan gunung. Beberapa kali kita menemui pendaki demikian ini, kadang logistik minta - minta di tenda lain. Baju basah tanpa pengganti. Tidak memakai Raincoat dan kedinginan tanpa sleeping bag. Mereka ngotot tetap melanjutkan perjalanan

Nggak apa - apa bang, sudah biasa”. Namun akhirnya beberapa anggota kelompoknya akan turun tergopoh - gopoh sambil menangis “Bang tolong Bang, teman saya meninggal di atas.” Atau sekedar air panas untuk menghangatkan badan saja mereka tiada.

Peraturan lainnya adalah wajib melapor dan berjalan sesuai jalur yang sudah ditentukan. Dua hal ini dilaksanakan, maka tidak bakalan ada korban tersasar di gunung, khususnya di Gunung Gede dan Gunung Pangrango di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

Kadang teman - teman yang sudah sering mendaki gunung sampai kemana - mana sering bercanda, bahwa Gunung Gede itu sudah ada jalan tolnya. Kebangetan kalau sampai ada pendaki tersasar. Prakteknya tetap saja ada pendaki yang hilang tersasar.

Sang Kekasih Gunung
Merbabu by Belantara Indonesia
Salah satu etika berjalan di gunung adalah berjalan bersama dalam rombongan dan jangan tinggalkan teman. Jawaban dari kasus ini adalah “etika ini pasti dilanggar”.

Aturan lain untuk mendaki gunung adalah para pendaki atau rombongan pendakian ke Gunung yang belum mendapat pendidikan dasar kegiatan di luar ruang / pendakian gunung atau belum mengerti medan tidak boleh naik gunung. Artinya silahkan naik gunung tapi didampingi oleh orang yang ngerti. Misalnya guide lokal, atau seniornya.

Pelanggaran kasus ini paling banyak menimbulkan celaka di gunung. Pengalaman ini tidak hanya pengalaman mengerti jalan untuk sampai ke puncak gunung, tapi termasuk mental bagaimana menghadapi kondisi tidak terduga. Bagaimana harus mengambil keputusan saat kritis, dan mengkoordinir pendaki lain dalam tim ketika terjadi kekacauan di gunung.

Mari kita coba buka mesin pencarian di dunia maya dan mencari berita kecelakaan di gunung. Korban kecelakaan di gunung pasti didominasi oleh para pendaki gunung pemula dan yang tidak mengikuti aturan. Beberapa pendaki yang sudah kawakan pun ada juga yang meninggal di gunung karena mengabaikan aturan dan melanggar etika, ditambah tidak mampu mengalahkan ego.

Para pendaki pemula yang belum mendapat pendidikan dan minim pengalaman ini biasanya akan tidak bisa mengambil keputusan dengan pikiran sehat dan tepat. Terutama ketika tersasar atau terjadi kecelakaan menimpa mereka. Satu lagi, jumlah kecelakaan di gunung juga didominasi pada saat perjalanan turun.

Sang Kekasih Gunung
Ranu Kumbolo by Belantara Indonesia
Latihan Dan Aklimatisasi
Gunung itu bukan mall dan tempat wisata umum. Gunung adalah alam liar dan tempat wisata terbatas. Artinya perlu syarat khusus untuk bisa sampai disana. Kita kira para pendaki gunung pasti sudah pernah membaca bagaimana harusnya hidup di hutan dan gunung, bagaimana aturannya, bagaimana penanganan Mountain Sickness, bagaimana menangani korban hipotermia misalnya.

Tapi mereka hanya membaca, tidak pernah melakukan latihan. Itulah gunanya Diksar, gunanya kelompok PA melakukan pendidikan dasar. Group PA tidak hanya untuk hura - hura saja.

Segala jenis gadget sekarang ada di ransel para pendaki gunung, tapi bisa dihitung yang membawa perlengkapan P3K. Ini sangat memprihatinkan, iPad dan Smartphone hanya akan membantu Anda dengan mesin pencarian semacam Google, itupun ketika ada sinyal. Gadget tidak bisa mengeluarkan Paracetamol, Asam Salisilat, dan Yodium misalnya.

Perlu latihan serius untuk bisa bertahan hidup di luara ruang. Juga berlatih bagaimana menghadapi kondisi kritis, bagaimana menangani korban, dan harus berwawasan luas. Ketika semua ini belum dimiliki, sebaiknya tidak menginjakkan kaki di hutan dan gunung. Ini berbahaya dan merepotkan.

Aklimatisasi juga sering diabaikan. Buat para pendaki dari daerah dataran rendah, seyogyanya melakukan aklimatisasi di lereng gunung tidak serta merta sprint berlomba untuk segera keatas. Jika dilanggar maka bisa dipastikan akan terkena Mountain Sickness.

Hormati Etika Konservasi
Selain mentaati peraturan yang ada, sebaiknya para pendaki gunung juga menghormati etika konservasi. Misalnya tidak menangkap, membunuh, memberi makan, mengganggu, melukai satwa, dan / atau membawa keluar satwa yang ditemui di kawasan.

Sang Kekasih Gunung
Merapi by Belantara Indonesia
Membawa binatang peliharaan selama melakukan perjalanan atau pendakian di kawasan. Mengambil, memetik, memotong, dan membawa keluar kawasan tumbuhan / tanaman atau bagian - bagiannya yang ada di kawasan Gunung.

Biarlah mereka tetap di habitatnya. Flora dan Fauna itu akan lebih indah dinikmati di habitat aslinya, bukan di rumah kita di kota. Bunga Edelweiss juga akan lebih cantik dinikmati di puncak gunung dengan bentang alam di sekitarnya, dalam suhu dingin dan hangatnya sinar Matahari pagi, dan udara dengan kandungan oksigen yang tipis.

Toleransi juga sangat diperlukan ketika berada di hutan dan gunung. Mendengarkan desiran suara angin yang meneronos sela - sela daun, mendengarkan nyanyian burung yang membentuk orkestra dengan suara kodok, primata, dan binatang lainnya akan lebih bijak daripada membawa alat musik, dan sumber bunyi elektronik lainnya.

Marilah kita coba untuk menjadi pendaki yang di cintai gunung dan bangga menyandang kalimat Sang Kekasih Gunung. Jangan sampai kita menjadi pendaki gunung yang jatuh ke lubang yang sama berkali - kali. Atau lebih parah lagi jatuh terperosok ke lubang yang sudah jelas terlihat dan ditunjukkan. lifestyle

ARTIKEL TERKAIT:

Alamat:

Labasan Pakem Sleman Yogyakarta 55582

Jam Kerja:

Senin - Kamis dari Jam 9.00 Wib to 17.00 Wib

Telepon:

0813 9147 0737

"Salam Rimba Indonesia"

Indonesia kaya akan keindahan alam dan tugas kita untuk menjaga sekaligus menikmatinya.

Kami, Para Sherpa selaku admin webblog Belantara Indonesia mengucapkan:
"Selamat menjelajah alam cantik Indonesia".

×