Namanya, Willem Sigar Tasiam yang lahir di Pontianak, 22 Februari 1958 dan memiliki prestasi yang tidak bisa dipandang remeh. Pengalaman dan prestasi tersebut antara lain:
- Anggota Klub TAPAK tapi di pecat karena aktivitasnya tinggi
- Membuat rekord pendakian solo di pulau Jawa, Bali dan Sumbawa 14 Gunung tahun 2004
- Membuat rekor Pendakian solo di pulau Jawa,Bali dan Sumbawa 20 Gunung 2005
- Membuat Rekor pendakian solo di Pulau Jawa, Bali dan Sumbawa 23 Gunung tahun 2007
- Membuat Rekor pendakian solo di Pulau Jawa, Bali dan Sumbawa 24 Gunung 24 Hari 2009
Dan masih banyak sederet prestasi. Semuanya dilakukan dengan menggunakan alat transportasi biasa tanpa dukungan sponsor secara penuh, hanya partisipasi beberapa rekanan.
Willem Sigar Tasiam pasti tidak hanya bermimpi kalau dia merencanakan Ekspedisi pendakian 23 gunung dari Pulau Jawa sampai Sumbawa dalam waktu 23 hari. Pada tahun 2005 dia mendaki secara marathon 23 gunung dalam waktu 26 hari. Pada Tahun 2006 ia mendaki 22 gunung dalam waktu 25 hari. Kegiatan itu dia lakukan dengan biaya sendiri.
Untuk “Ekspedisi 23 Puncak, yang dimulai tanggal 14 November 2010, pada waktu itu dia mengharapkan ada event organizer professional yang mau mendukungnya. Sosok Willem selama ini memang tenggelam di jajaran nama - nama besar pendaki gunung elite Indonesia. Pembawaannya yang memang bersahaja membuat sebagian besar pecinta alam mengenalnya hanya sebagai panitia gerak jalan Rengasdengklok - Jakarta. Dan bukan sebagai juara tujuh kali gerak jalan tersebut.
Sebagaimana Asmujiono, Prajurit Kopassus yang mampu mencapai puncak Everest tahun 1997, Willem juga menyukai lari Marathon di Bali dan Jakarta diikutinya. Catatan terbaiknya untuk proclamation dicapai pada tahun 1995, yakni dua jam 50 menit. Sayang tidak terekam catatan kemampuan VO2 maksimumnya, begitu juga kadar kandungan hemoglobin di dalam darahnya, dua hal yang sering dituntut oleh pelari Profesional.
Untuk menjaga kebugaran, Willem secara teratur melakukan Jogging selama dua jam, tiga kali dalam seminggu. Porsi itu ia tambah menjelang pelaksanaan suatu ekspedisi. Belum melibatkan pakar memang, namun setidaknya yang patut di contoh oleh para pendaki muda adalah kedisiplinan Willem dalam menjaga kebugaran Fisiknya, ada atau tidak ada rencana perjalanan. Ia bukan tipe atlit musiman yang hanya berlatih menjelang ekspedisi.
Willem menjelaskan untuk ekspedisi 23 gunung, ia tidak membutuhkan dana besar, hanya sekitar 60 juta. Jumlah itu akan berkurang bila ada kalangan yang mau mensponsori perlengkapan dan perbekalan ekspedisi. Belum lagi adanya belasan relawan yang akan menjadi pendukung kegiatan juga meringankan biaya. ” Pendek kata, ini dapat dikatakan sebagai `Ekspedisi Khas Indonesia`,” kata Willem,”yang dikenal sebagai pengajar privat gitar klasik.
Willem akan menempuh perjalanan sekitar 1.900 km untuk ke - 23 gunung yang didakinya. Ekspedisi 23 puncak dapat diposisikan sebagai bagian dari kampanye seri pendakian tematik dari gunung api semacam ini. Akankah Willem berhasil mewujudkan ambisinya ?
Secara matematis, apabila dilihat dari catatan ekspedisi 2005 dan 2006, bujangan ini akan bisa mencapainya. Jika didukung tim advance dan transportasi dari penyelenggara yang akan mengurus segala masalah tetek bengek ekspedisi, waktu perjalanan akan terpangkas secara signifikan dan memberikan kesempatan kepadanya untuk lebih banyak beristirahat. Pengenalan medan yang lebih baik juga merupakan faktor yang akan sangat membantu keberhasilan .
Willem mencintai Tanah Air dengan caranya sendiri. Ia akan mengingatkan pendaki Indonesia untuk lebih mengenal gunung - gunungnya sendiri. Ia mempromosikan wisata pendakian gunung tropis. Melalui rekam jejaknya yang panjang, ia memberikan contoh konsistensi hidup sebagai seorang pendaki. Namun kegiatan alam bebas memerlukan sinergi dari berbagai pihak. Juga Willem dengan Ekspedisi Gunungnya. source
ARTIKEL TERKAIT: