Kinahrejo, Bagai Desa Hantu

Kinahrejo, adalah desa di bawah Merapi, hanya berjarak sekitar 4 km dari puncak Merapi, juga disanalah Mbah Maridjan bertempat tinggal selama ini sebagai juru kunci Merapi. Dan pada akhirnya beliau mengakhiri tugas dan hidupnya di Kinahrejo, yang sejak peristiwa meletusnya Merapi sekarang bagaikan desa hantu! Sunyi tak berpenghuni karena para penduduknya masih berada di tempat pengungsian di Umbulharjo. Yang tertinggal hanya gundukan abu Merapi dan rumah - rumah penduduk yang luluh lantak akibat terjangan awan panas Merapi tempo hari.

Abu vulkanik setinggi lebih dari 10 sentimeter menutup lantai dan perabotan rumah Mbah Maridjan. Atap bangunan rata dengan tanah. Foto Mbah Maridjan bersama beberapa rekannya, termasuk atlet tinju Chris John, menyembul di antara reruntuhan rumah. Mbah Maridjan, sebenarnya sudah tahu bahwa kondisi Merapi tidak lagi aman. Kepada warga lain, ia menyarankan untuk segera mengungsi. Namun, sebagian di antara warga memilih tetap menunggui Merapi bersama Mbah Maridjan.

Itulah sebabnya, ada banyak korban tewas dalam musibah ini. Setidaknya, tim relawan menemukan 31 jenazah saat mengevakuasi Desa Umbulharjo. Warga memang cenderung mengidolakan sosok Mbah Maridjan. Mereka tetap berjaga - jaga di kawasan desa meskipun Mbah Maridjan sudah meminta mereka untuk mengungsi. Tetapi musibah tak bisa di elakkan, awan panas menerjang Kinahrejo tanpa belas kasihan, dan inilah yang terjadi, luluh lantak tak berbekas.

Praktis Kinahrejo menjadi dusun yang mati. Tak ada lagi yang bisa diharapkan untuk sebuah kehidupan di sana. Seolah - olah telah tamat riwayat Kinahrejo bersama tokoh karismatiknya, Mbah Maridjan. Jika toh dipaksa untuk tetap menjadi wilayah hunian, maka wilayah ini membutuhkan pembenahan infrastruktur yang cukup lama dan itu bukan tidak mungkin.



Kini, yang masih tersisa di Kinahrejo adalah kebesaran mitosnya. Karena mitos ini pula, seorang penulis asal Perancis, Elizabeth D Inandiak, membukukan mitos - mitos di Kinahrejo—yang banyak berbicara tentang kearifan alam dan manusia. Mitos Pohon Ringin Putih dan Batu Gajah yang berada di Kinahrejo, misalnya, dibukukan Elizabeth dengan judul The White Banyan. Mitos yang mengisahkan kecintaan dan harmoni antara manusia, binatang, dan alam itu dikisahkan dalam prosa yang menarik dengan pisau analisis kekinian. Dengan baik, Elizabeth menceritakan konflik manusia dalam penyelamatan hutan.

Ungkapan-ungkapan almarhum Mbah Maridjan yang lugas dan penuh makna setidaknya telah mewarnai kehidupan sosial Kinahrejo. Kata - kata arif yang sering dia ungkapkan secara spontan, baik di jagongan manten ( resepsi pernikahan ), dalam pertemuan - pertemuan dusun, maupun acara informal, sedikit banyak telah memberi sebuah amsal bagi warganya.

Seperti ungkapannya yang dikutip dalam The White Banyan itu, ”Saya ini orang - orang bodoh.... Kalau orang pintar diberi satu, akan minta dua. Tapi, kalau orang bodoh diberi satu, akan disyukuri.”

Ini ungkapan Mbah Maridjan pula, ”Berjalan bertelanjang kaki, namun kepala saya selalu saya lindungi karena kepala adalah bagian terhormat dari tubuh manusia. Bukankah dia yang memerintah kaki - kaki kita untuk melangkah?”

Ya, Kinahrejo boleh saja luluh lantak, Mbah Maridjan boleh mati, tetapi ia tetap meninggalkan kearifan-kearifan bagi yang mau mendengar.



Beberapa ungkapan sederhana Mbah Maridjan

Dia menyatakan diri cara berpikirnya bukan ”jalan umum”, bukan ”rute angkutan umum”. Dia berharap setiap orang mampu menentukan sikap untuk keselamatannya sendiri dan tak ingin siapa pun hanya mengekor tindakannya. Hal ini karena setiap orang bertanggung jawab terhadap keselamatan dirinya sendiri. ”Kalau sudah merasa harus mengungsi, mengungsi saja. Jangan mengikuti orang bodoh yang tak pernah sekolah seperti saya ini,” katanya.

Merapi adalah rumah yang harus diterima, dalam kondisi baik ataupun buruk. ”Kalau turun, nanti diomongin banyak orang. Hanya senang enaknya, tapi tak mau terima buruknya. Bagus atau buruk, ya ini rumah sendiri,".

Ia selalu menolak diambil gambar oleh wartawan. ”Wartawan itu beritanya besar, tetapi sebenarnya faktanya kecil. Sedangkan kabar yang baik, mengapa justru menjadi jelek,” katanya dalam bahasa Jawa.

”Kebutuhan orang itu, ya, ’rasa kekurangan’ itu,” ”Meski diberi sebanyak apa pun, manusia akan merasa kekurangan karena kekurangan itulah kebutuhan manusia,” kata abdi dalem keraton yang punya gelar Mas Penewu Suraksohargo.






Selamat jalan Mbah Maridjan, Belantara Indonesia dan seluruh kru mengucapkan terima kasih dan salut atas pengabdian selama ini terhadap Merapi. Semoga Kinahrejo tertata kembali dan menghilangkan pandangan sebagai desa bagai desa hantu. Innalilahi Wa'inalilahi Rajiun....

ARTIKEL TERKAIT:

Alamat:

Labasan Pakem Sleman Yogyakarta 55582

Jam Kerja:

Senin - Kamis dari Jam 9.00 Wib to 17.00 Wib

Telepon:

0813 9147 0737

"Salam Rimba Indonesia"

Indonesia kaya akan keindahan alam dan tugas kita untuk menjaga sekaligus menikmatinya.

Kami, Para Sherpa selaku admin webblog Belantara Indonesia mengucapkan:
"Selamat menjelajah alam cantik Indonesia".

×