Tetapi bukan hanya abu Merapi yang menjadi ancaman serius, semburan material vulkanik itu biasanya disertai gas - gas beracun. Karena sifatnya ringan dan tidak berwarna, gas - gas itu kadang meluncur lebih jauh namun tidak disadari. Luncuran gas - gas tersebut perlu diwaspadai. Bukan tidak mungkin, kadarnya terus meningkat akibat aktivitas Merapi yang tak berhenti meletus sejak akhir Oktober lalu. Setidaknya ada 3 jenis gas beracun yang bisa ditemukan dalam setiap letusan gunung berapi, termasuk Gunung Merapi. Ketiganya adalah sulfur dioksida, karbon dioksida dan hidrogen sulfida.
Keracunan sulfur dioksida ditandai dengan kesulitan bernafas, sakit dada, iritasi pada mata, hidung dan tenggorokan, batuk - batuk dan lain - lain. Karena mengandung belerang, sifatnya mudah dikenali dari bau busuk menyengat yang bisa menyebabkan sesak napas. Gas beracun yang juga mudah dikenali dari baunya adalah hidrogen sulfida, yang baunya tajam seperti kentut.
Dalam kadar rendah sekalipun gas ini dapat memicu iritasi pada mata, sementara pada kadar tinggi dapat mengiritasi saluran penafasan. Sedangkan gas beracun dari letusan gunung berapi yang kemunculannya sering tidak disadari karena tidak berbau adalah karbon dioksida. Padahal gas ini memiliki berat jenis lebih tinggi dari udara, sehingga mudah terbawa ke tempat yang lebih rendah yakni pemukiman penduduk.
Peningkatan karbon dioksida dapat menimbulkan masalah pernafasan, dengan tingkat keparahan sesuai kadarnya di dalam udara yang terhirup. Pada kadar lebih dari 5 persen gas ini dapat menimbulkan sesak nafas, sedangkan pada kadar lebih 30 persen dapat menyebabkan kematian. Mengingat aktivitas Gunung Merapi yang terus meningkat dan sebaran abu vulkanik terus meluas, maka ada beberapa langkah untuk mencegah dampak negatif dari gas beracun. Langkah - langkah yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Masker yang sesuai perlu disuplai dan dibagikan secara masif ( besar - besaran ) pada masyarakat. Masker yang dimaksud berbentuk seperti cup dan bukan masker kain yang sering terlihat dipakai masyarakat.
2. Otoritas kesehatan di daerah - daerah pengungsian dan di kota - kota sekitar Gunung Merapi perlu memperhatikan timbulnya gejala - gejala ini pada masyarakat dan mengambil tindakan kuratif dan preventif yang sesuai.
3. Otoritas terkait ( seperti Kementerian Lingkungan Hidup ) perlu secara ketat memantau peningkatan kadar gas - gas beracun vulkanik ini pada daerah - daerah pengungsian dan pemukiman penduduk di kota - kota sekitar Gunung Merapi.
4. Perlu pendidikan pada masyarakat ( dengan cara - cara darurat, seperti penyebaran pamflet dari udara dan lain - lain ) mengenai tanda - tanda keracunan gas - gas vulkanik serta pertolongan pertama yang dapat dilakukan.
Tetapi ada cara efektif untuk mengobati sakit saluran pernafasan karena hujan abu vulkanik, yakni dengan obat herbal. Dengan pengobatan herbal setidaknya bisa mengurangi risiko kesehatan tersebut.
"Yang paling masuk akal untuk multivitamin korban dan relawan bencana berdebu seperti Merapi adalah yang berfungsi mengeluarkan debu dari paru - paru, salah satunya ramuan herbal," kata dr Hardhi Pranata SpS, Ketua Umum Perhimpunan Dokter Herbal Medik Indonesia ( PDHMI ). Minuman ramuan - ramuan herbal asli Indonesia yang mudah dijumpai seperti kapulaga, meniran, jahe mampu membantu mengeluarkan debu dari paru - paru.
Kencur dan kunyit dicampur jeruk nipis dan satu sendok kecap juga efektif mengeluarkan dahak dan riak dari saluran pernapasan, jadi bisa mengeluarkan debu - debu yang masuk saluran pernapasan. Mengeluarkan dahak atau lendir dari saluran pernapasan juga bisa dilakukan dengan pengobatan gurah ( pengobatan tradisional dengan mengeluarkan lendir yang kotor, beracun dan mengandung berbagai kuman penyakit ) atau dengan menghirup daun mentol.
Selain berfungsi mengeluarkan debu dari saluran pernapasan, ramuan herbal juga dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan bersifat antibakteri. Ramuan herbal seperti klorofil dan spirulina juga dapat membantu korban bencana Merapi. Spirulina merupakan algae atau tumbuhan laut dalam yang mampu hidup dengan kondisi yang kurang sinar matahari dan oksigen. Spirulina dan klorofil punya kemampuan mengikat banyak oksigen di aliran darah. Ini cocok untuk daerah yang berdebu, tapi sayang spirulina biasanya banyak terdapat di kota besar, jadi agak susah ditemukan di daerah bencana.
Lebih berguna juga bila produsen - produsen jamu yang ada di dekat daerah bencana mau ramai - ramai menyumbangkan jamunya untuk korban dan relawan Merapi. Jangan hanya mie instan saja, tetapi obat - obatan juga. Tak perlu multivitamin yang macam-macam atau antibiotik, jamu juga relevan.
ARTIKEL TERKAIT: