Sayap - Sayap Malaikat

Malaikat, adalah mahluk Tuhan yang di gambarkan berbudi luhur, berhati suci, tanpa pamrih dan ikhlas. Malaikat adalah mahluk Tuhan yang sempurna di mata manusia ciptaanNya. Dan akan banyak yang meng iyakan jika ada tawaran atau lowongan menjadi Malaikat. Termasuk saya dan anda semua bukan? malaikat juga bisa di anugerahi gelar kepahlawanan. Kali ini, ketika bencana di Indonesia menggelegar, sering hanya para korban bencana dan paramedis serta para pejabat yang berkunjung yang banyak di sorot di berbagai media massa. Layak memang, karena bisa menjadi sumber berita yang menarik bagi sebagian kalangan. Tetapi ada satu yang terkadang agak di lupakan atau di abaikan keberadaannya. Siapa? Para Relawan!.

Seorang relawan di tengah sayup - sayup raungan sirine tanda bahaya, niatnya terhenti di barak pengungsian Umbulharjo, sekitar lima kilometer menjelang Kinahrejo. Kepanikan melanda. Sejumlah warga menangis histeris kehilangan kontak dengan sanak keluarga. Yang ada di pikiran hanya bagaimana menemukan orang - orang hilang itu dalam kondisi selamat. Mereka menantang maut di tengah muntahan awan panas Merapi yang belum tuntas. Sejauh mata memandang, hanya ada tarian api melumat pepohonan, kendaraan, juga bangunan. Bertabur abu pekat, dusun itu hancur. Bangunan terbakar. Pohon bertumbangan. Tubuh - tubuh tak bernyawa bergelimpangan di jalan masuk dusun. Lamat - lamat, rintihan memilukan terdengar. Hanya berpelindung masker hidung, mereka menerobos ‘neraka’ di hadapan mata. Seperti bermain petak umpet dengan maut, relawan harus siap dengan perhitungan resiko mengancam jiwa. Tak jarang mereka tewas di medan bencana. Meski begitu, bukan ancaman nyawa yang membuat relawan ciut, tapi justru pemandangan menyentuh hati. " Saya paling nggak tega kalau melihat jasad wanita dalam kondisi memeluk anak. Tentara saja banyak yang nggak tega mengevakuasi," kata seorang relawan. " Ini banyak kami temui di Merapi dan gempa Yogya ".

Seorang relawan bernama Ariyo Faridh, yang terlibat memulihkan trauma anak-anak korban bencana di sejumlah daerah. Ia terjun ke sejumlah medan bencana seperti Aceh, Bengkulu, Pangandaran, Tasikmalaya, Situ Gintung, dan Merapi. " Saya terlibat melalui terapi dongeng untuk anak-anak," ujarnya. Setiap kali mendengar bencana besar, Ariyo segera mencari 'kendaraan' seperti lembaga swadaya agar mudah menjangkau korban bencana. Demi panggilan jiwanya, ia tak sungkan membolos kerja, atau cuti untuk menghibur anak-anak korban bencana. " Saya kecanduan cari pahala," ujarnya sambil tertawa.

Kedekatan emosional dengan korban bencana juga membuat Ariyo tak kuat menahan haru. Saat itu sepucuk surat hinggap di rumahnya di Jakarta. Surat itu dari bocah korban bencana tsunami Aceh yang masih berusia empat tahun. Isinya cuma satu kalimat: ‘abang, kelinci jangan lupa kasih makan wortel’. “Anak itu sepertinya lekat dengan tokoh kelinci, dari dongeng yang saya bawakan dulu,” ujar Ariyo.


Menolong tanpa pamrih, para relawan ini layaknya sayap - sayap para malaikat yang turun di tengah bencana. Mereka tak lelap meski lelah. Mereka bekerja dalam diam, dan ikhlas. Rasanya tak berlebihan kita menyebut mereka sebagai pahlawan.

ARTIKEL TERKAIT:

Alamat:

Labasan Pakem Sleman Yogyakarta 55582

Jam Kerja:

Senin - Kamis dari Jam 9.00 Wib to 17.00 Wib

Telepon:

0813 9147 0737

"Salam Rimba Indonesia"

Indonesia kaya akan keindahan alam dan tugas kita untuk menjaga sekaligus menikmatinya.

Kami, Para Sherpa selaku admin webblog Belantara Indonesia mengucapkan:
"Selamat menjelajah alam cantik Indonesia".

×