Menjelang hari siang, Belantara Indonesia berangkat menuju Malioboro. Jalan padat dan macet tak jadi penghalang sampai di Malioboro. Akhirnya setelah memarkir kendaraan di Stasiun Tugu Yogyakarta, kami semua berjalan kaki menuju Malioboro, dimana letak Kantor DPRD berada. Meriah dan riuh rendah, dan yang membuat bangga dan merasa bangga Ndherek Ngarso Dalem adalah, suasana demo massal, tetapi sangat merasa aman dan nyaman tanpa anarki, justru banyak aneka tarian dari mulai Ndolalak, tarian khas Purworejo Jawa Tengah, wayang orang, dan juga tarian suku Papua, dari warga Papua yang mengatas namakan Papua Peduli Jogja. Terharu dan bangga.
Aneka macam manusia seolah tertumpah damai di Malioboro, Yogyakarta. Apalagi saat pidato masing - masing fraksi yang mengatakan setuju dengan Yogyakarta yang istimewa dan penetapan Gubernur dan wakilnya berdasar pilihan rakyat Yogyakarta kecuali fraksi dari partai Demokrat yang tak menyetujuinya sendiri, di bandingkan dengan partai Goolkar, PDI-P, Hanura, PKS, PKB, PAN dan partai lain. Karena semua tahu jika Demokrat adalah partai piaraan Presiden SBY ( Sumber Bencana Yogyakarta ).
Suasana siang yang panas dan berada dalam lautan manusia memang lumayan menyiksa raga, tetapi semua itu redam setelah melihat aksi demo warga Yogyakarta yang teramat santun dan damai. Bandingkan dengan demo - demo di wilayah lain di Indonesia, mulai dari mahasiswa sampai pedagang pasar, pastilah di akhiri ataupun di mulai dengan tindakan anarki! Saling pukul dan baku hantam dengan aparat maupun para pendemo sendiri. Aparat di Yogya sama sekali tak di sibukkan dengan aksi anarki. Inilah Yogyakarta! Jadi jika seorang host merangkap Ceo di TvOne, Karni Ilyas di acara Atas Nama Rakyat, berucap, "Sekarang ini suasana Yogya sedang tak kondusif...." Siapa bilang tak kondusif? Belantara Indonesia sanggup menjadi saksi, suasana aman dan kondusif, begitu acara selesai pukul 4 sore, semua membubarkan diri dengan santun tanpa rusuh.
Dan menyimak komentar mendagri piaraan SBY, " Pemerintah mengabaikan DPRD, karena keputusan ditangan DPR-RI, dan jumlah yang hadir berdemo di malioboro, hanya seribu di banding jumlah rakyat Yogyakarta yang 3.5 juta, berarti bukan suara mewakili seluruh warga Yogyakarta" lalu apa fungsi DPRD? Apakah jika yang hadir rakyatnya berjumlah 3.5 juta pemerintah akan langsung setuju penetapan? Mendagri Gamawan Fauzi menggonggong, rakyat Yogyakarta berlalu. Partai Demokrat melalui Ketua Umumnya Anas Urbaningrum pada akhirnya hanya berucap: " Ya kita tunggu hasil keputusan pemerintah yakni DPR -RI". Cuci tangan dan tak mau di anggap salah membawa nama Demokrat! DPR-RI yang di jadikan perisai. Masalah Yogyakarta, SBY dan Demokrat cepat dan lugas mencari celah, tetapi kisah Century, Gayus Tambunan menjadi lama tak kunjung usai. Kemudian jika terpojok, teroris di munculkan. Ulah SBY ( Sumber bencana Yogyakarta ) lah mencari pencitraan dan mencoba menjadikan aman dengan perisai aneka macam. Cara kerja membosankan dan telah mudah terbaca oleh penduduk Indonesia.
Intinya, suasana silaturahim akbar di Yogyakarta sangatlah mengharukan dan membanggakan, sikap dan sifat abdi dalem dan santun dalam perilaku menunjukkan bahwa Yogyakarta tetap Ndherek Ngarso Dalem Sultan Hamengku Buwono X, tanpa noda anarki dan sumpah serapah tak terpuji. Yogyakarta adalah Sultan Hamengku Buwono, dan Sultan Hamengku Buwono adalah Yogyakarta.
ARTIKEL TERKAIT: