Sosok tinggi besar ini kaya akan julukan yang diberikan teman - temannya selama ber - kegiatan di alam bebas dari mulai si "Beruang Gunung", "Dewa Penyelamat" sampai si "Pembawa Maut". Ia juga dikenal sebagai salah satu tokoh penting dalam pengembangan arung jeram dan telusur gua di Indonesia.
Norman resmi menjadi anggota Mapala UI pada tanggal 17 Augustus 1977, dengan nomor anggota M-116-UI. Norman dilantik di Lembah Surya Kencana, Gunung Gede.
Norman punya obsesi untuk menyelesaikan Seven Summits, tujuh puncak tertinggi dunia di tujuh benua. Dari puncak Carstenz Pyramid, McKinley, Elbrus, Kilimanjaro, Aconcagua, Vinson Massif, dan Everest.
Dengan suka cita ia memberitakan keberhasilannya mendaki empat puncak. Namun saat memburu puncak benua kelima, Aconcagua, maret 1992, berita buruk tersiar. Tim Mapala UI mengalami musibah.
Tim ini diserang badai. Salah seorang anggota tim jatuh ke sungai, ada yang jatuh ke jurang creavasse hingga mengalami patah tulang. Bahkan ada yang terkena frostbite hingga harus diamputasi.
Dalam waktu yang tidak terlalu lama, kembali Norman Edwin dan Didiek Samsu akan melakukan pendakian ulang ke Aconcagua.
Namun lagi - lagi berita buruk tersiar. Norman dinyatakan hilang, sementara Didiek Samsu ditemukan dalam keadaan meninggal dunia!
Indonesia kehilangan pendaki terbaiknya. Setelah melalui proses pencarian yang panjang dan melelahkan di bawah cuaca buruk, akhirnya Norman ditemukan oleh beberapa pendaki asing, juga dalam keadaan sudah meninggal. Hanya 200 m dari puncak Aconcagua.
Siang hari 11 April 1992, jenazah Norman berhasil diturunkan, menyusul 12 April jenazah Didiek berhasil diturunkan.
Sejak dikabarkan tertimpa musibah, sampai proses penurunan janazah, berarti kedua jenazah sudah tergeletak lebih kurang 30 hari. Selamat jalan pendaki..selamat jalan Beruang Merah Putih.
ARTIKEL TERKAIT: