Pada satu sesi wawancara dengan seorang reporter Televisi swasta dari Indonesia di Rusia setelah Sabar Gorky turun dari Elbrus, dia memotong kalimat pertanyaan dari reporter tersebut, saat sang reporter menanyakan tentang perjalanan Sabar Gorky "menaklukkan " puncak Elbrus. Sabar Gorky memotong dengan kalimat, " bersahabat dengan puncak gunung". Benar, bersahabat bukan menjadi penakluk puncak gunung.
Selama ini banyak pendaki gunung yang setelah mencapai puncak, akan dengan bangganya menceritakan, bahwa dia telah berhasil menjadi penakluk puncak gunung , tentu ungkapan itu berkesan ungkapan jumawa, tidak ada yang lain yang sanggup membuat dia berhasil menggapai puncak gunung. Pertanyaannya, siapa yang takluk? Kita pendaki atau puncak gunung?
Bukankah kita yang takluk saat hendak menggapai puncak gunung? Mulai dari persiapan, materi, waktu dan tenaga, serta siap berjibaku raga dan nyawa untuk mencapai puncaknya. Puncak gunung menunggu kita mencapai puncaknya tanpa dia undang. Dia tetap kuat dan gagah walau menurut kita, dia telah kita taklukkan. Dengan kita mau mendatanginya, berarti kitalah yang takluk padanya, puncak gunung!
Sementara, kebersediaan Sabar Gorky, sholat di puncak Elbrus juga cara dia menghormati Tuhan sang pemilik alam dan alam itu sendiri. Dan dia mengungkapkan kalimat hebat: Bersahabat Dengan Puncak Gunung. Bukan menjadi penakluk puncak gunung. Marilah kita menjadi sahabat alam!
ARTIKEL TERKAIT: