Pendaki Era 90 an, Penuh Perjuangan

Kamu termasuk pendaki era sekarang? Beruntunglah, karena mendaki gunung  pada masa sekarang sangat dimanjakan oleh teknologi. Seperti peralatan mendaki yang mudah didapatkan,  toko outdoor menjamur demikian pula persewaan alat mendaki.

Pendaki Era 90 an, Penuh Perjuangan

Beda dengan pendaki era 90 an, mendaki gunung adalah hobi yang sulit dan penuh perjuangan. Karena minimnya pengetahuan, peralatan, dan uang.

Keterbatasan Alat
Kamu yang sekarang hobi naik gunung, alat apa aja sih yang sudah kamu miliki? Ransel, sepatu gunung, tenda, sleeping bag, headlamp? Kalaupun belum punya semua alat itu, paling tidak kamu bisa menyewa. Toh sekarang banyak persewaan alat gunung.

Dahulu, tak banyak toko yang menyewakan alat gunung. Mau membeli pun tak mampu. Karena harganya yang sangat mahal. Paling mentok ya sewa. Seringnya pinjam teman. Saling pinjam meminjam alat gunung sudah jadi hal yang wajar.

Pendaki Era 90 an, Penuh Perjuangan

Jangan tanyakan ke-safety-an. Peralatan gunung yang minim membuat pendakian jauh dari kata aman. Hanya berbekal ransel pinjaman teman, tenda pramuka, dan SB, para pendaki lawas menjejakan kaki di tengah belantara.

Seadanya
Belum ada ransel dengan back system yang oke senyaman Osprey. Atau tenda seringan tenda ultralight naturehike. Dulu, Ransel Alpina jadi idola. Bagian pinggang terbuat dari besi dengan tali yang tebal.

Bisa bayangkan kan, betapa beratnya menggendong ransel yang berisi logistik dan kebutuhan pribadi saat mendaki? Tapi, pendaki lawas sangat menikmatinya, tidak mengeluh, bahkan bersyukur bisa naik gunung.

Keterbatasan Informasi
Perjuangan mendaki masih belum berakhir. Kurangnya pengetahuan menjadi tantangan. Saling berbagi pengalaman antar sesama pendaki jadi salah satu sumber informasi.

Pendaki Era 90 an, Penuh Perjuangan

Buku catatan adalah barang terpenting selain tenda, sepatu, sb, atau jaket. Semua informasi seputar gunung tercatat rapi di dalamnya. Termasuk nama teman, daerah asal, dan nomor telepon ( bila punya ).

Memang tak mudah dan cenderung ribet. Tapi, justru dalam keterbatasan para pendaki lawas jadi sangat dekat satu dengan lainnya.

Teman pendakian dikenal saat ketemu di gunung atau basecamp. Ngobrol dan kenalan secara langsung.

Sulitnya Transportasi
Naik bus jadi transportasi yang cukup mewah. Mereka yang punya budget lebih, akan memilih naik bus. Sedangkan mereka yang naik gunung dengan uang pas - pasan, nebeng mobil bak terbuka jadi pilihan. Bahkan, bila tak menemukan mobil tebengan, pendaki lawas ini rela jalan kaki berkilo - kilo.

Jalan Ke Base Camp Tak Semulus Sekarang 
Bayangkan saja, ketika menuju basecamp Gunung Merapi, pendaki lawas harus jalan kaki lho. Kalau kamu pernah naik Gunung Ungaran, pendakian dimulai dari Jimbaran lalu berjalan kaki menuju basecamp Mawar!

Itu baru sampai basecamp, baru pemanasan. Belum mulai pendakian. Benar - benar pejalan tangguh kan? Kalau sekarang, kita bisa naik motor sampai basecamp. Tak capek dan tak butuh waktu lama.

Mie Instan dan Air Mineral Di Oplos Extra Joss Jadi Andalan
Pilihan menu begitu terbatas. Meski mie instant kurang baik untuk kesehatan, tapi mie instan sangat praktis dan murah. Uang 5.000 rupiah bisa membeli 10 bungkus mie instan. Nasi dengan lauk sarden sudah menjadi menu makanan yang mewah.

Pendaki Era 90 an, Penuh Perjuangan

Air mineral dalam botol di oplos Extra Joss jadi andalan untuk menambah tenaga katanya.

Belum ada kompor lapangan berbahan gas, yang ada hanya kompor parafin yang baunya menyengat. Kadang, mie instan rasa ayam berubah rasa jadi mie rasa parafin. Pahit.

Tustel Alat Dokumentasi Wajib 
Istilah tustel digunakan untuk menyebut kamera atau alat potret. Kamera jenis ini masih menggunakan roll film. Satu roll berisi 24 atau 36. Pendaki lawas mendokumentasikan pendakian menggunakan tustel.

Pendaki Era 90 an, Penuh Perjuangan

Selain harga roll film mahal, biaya cetaknya juga bikin kantong kering. Tak heranlah, kalau banyak foto yang belum dicetak. Maka dari itu, pendakian zaman dahulu sangat minim dokumentasi.

Berburu Emblem
Setiap turun gunung, pendaki lawas tidak lupa membeli kenang - kenangan berupa emblem, stiker, dan gantungan kunci. Semakin banyak emblem, makin jadi bukti kalau pendaki tersebut sudah mendaki berbagai gunung.

Selain emblem, cara mengetahui kalau dia pendaki adalah stiker di pintu rumah. Kalau banyak stiker gunung, dia pasti pendaki.

Kalau sekarang ciri khas pendaki adalah banyaknya foto pendakian di galeri instagramnya. Ya walau cuma mendaki di bukit sebelah rumah!.   phinemo

ARTIKEL TERKAIT:

Alamat:

Labasan Pakem Sleman Yogyakarta 55582

Jam Kerja:

Senin - Kamis dari Jam 9.00 Wib to 17.00 Wib

Telepon:

0813 9147 0737

"Salam Rimba Indonesia"

Indonesia kaya akan keindahan alam dan tugas kita untuk menjaga sekaligus menikmatinya.

Kami, Para Sherpa selaku admin webblog Belantara Indonesia mengucapkan:
"Selamat menjelajah alam cantik Indonesia".

×