"Pendaki telah menyebabkan kemacetan di sepanjang jalur pendakian. Bahkan, beberapa pendaki harus menunggu 2,5 jam di titik - titik tertentu,” tulis Live Science, pada Rabu, 29 Mei 2013.
Selain menyebabkan kemacetan, pendaki - pendaki ini juga berkontribusi dalam masalah sampah dan sanitasi, sekalipun ada tim ekspedisi yang melakukan pembersihan.
Untuk memecahkan masalah kemacetan, diberlakukan kuota pendakian. Sementara itu, pihak lain menyarankan untuk memberikan pelatihan sebelum pendakian sehingga masalah sampah dan sanitasi tidak memperburuk keadaan.
Ternyata, masalah sampah pendaki tak hanya terjadi di gunung - gunung di Indonesia. Di Gunung Everest pun tak luput dari sampah - sampah yang di tinggalkan oleh pendaki, baik secara sengaja maupun tidak sengaja.
Rutinitas pendaki dengan masalah sampah seperti ini selayaknya menjadi bahan perhatian tersendiri bagi kita, kaum pendaki gunung, terutama pecinta konservasi. Gunung tak membutuhkan kita untuk merambahnya, tetapi kitalah yang butuh gunung guna mendaki hingga puncaknya.
Alangkah baiknya apabila kita sedikit melirik kebutuhan gunung - gunung, yakni sehat dengan bersih dari sampah kita, kaum pendakinya.
ARTIKEL TERKAIT: