Gunung Pengsong, di Kabupaten Lombok Barat, NTB, bisa dibilang bukan tempat wisata biasa. Ada banyak hal yang bisa dinikmati pengunjung di sini. Selain suasana alam dan panorama yang masih asri, objek wisata ini juga kaya nilai sejarah dan budaya.
Gunung Pengsong hanya sebuah bukit batu hitam dengan rindang pepohonan, dengan ketinggian puncak sekitar 200 meter diatas permukaan laut ( Mdpl ). Tetapi yang menarik, dari puncak Gunung Pengsong, kita bisa melihat dan menikmati panorama indah Kota Mataram dan Lombok Barat dari berbagai arah.
Di tempat ini Anda akan melihat pura dengan latar belakang panorama Gunung Rinjani, sawah dan juga laut. Terletak di 9 km selatan Mataram, tepatnya di Desa Kuripan, Kecamatan Labuapi Lombok Barat, NTB Gunung Pengsong cocok bagi Anda yang mengingkan sensasi lain saat berwisata ke Nusa Tenggara Barat.
Kawasan seluas 11 hektar yang ditetapkan sebagai objek wisata sejak tahun 1996 ini sungguh indah. Untuk sampai ke puncak Anda harus menaiki ratusan undak - undak yang terbuat dari batu dan semen. Sebelum sampai di puncak, kita akan menemui mata air Tirta Mumbul Sari yang biasa digunakan untuk bersuci umat Hindu sebelum melakukan peribadatan di Pura Pengsong.
Sesampainya diatas, puncak dengan ketinggian 200 Mdpl ini Anda akan melihat panorama yang luar biasa Indah. Jika cuaca sedang cerah, Anda akan melihat puncak Gunung Rinjani, sawah, permukiman warga, panorama dari Teluk Lembar dan Gunung Agung Bali.
Pesona inilah yang membuat Gunung dan Pura Pengsong banyak dilirik wisatawan domestik maupun mancanegara. Udaranya sejuk, pemandangannya indah. Tidak hanya umat Hindu yang tertarik untuk datang, masyarakat biasapun tentu ingin melihat hamparan keindahan puncak Pengsong.
Pura Gunung Pengsong adalah pura pertama dan tertua di Lombok. Dalam kompleks pura ini terdapat tiga pura lainnya yang mewakili 3 gunung yakni Gunung Rinjani, Gunung Meranggu dan Gunung Pengsong. Bangunan pura juga cukup apik dengan relief - reliefnya yang unik.
Menurut sejarah, pura ini dibangun oleh Betara Wayan Sebali, seorang pandita Hindu dari Geria Pendem Karangasem Bali pada tahun 1514. Nah, karena merupakan tempat peribadatan suci, wisatawan harus mentaati beberapa aturan seperti melilitkan kain selendang berwarna kuning di pinggang dan bagi perempuan yang datang bulan dilarang berkunjung.
Walau terhitung tua, namun pura ini masih sangat terawat karena setiap harinya masih digunakan umat Hindu beribadat. Khusus pada saat perayaan hari - hari besar agama Hindu, pura ini tertutup untuk umum.
Suguhan wisata yang bisa dinikmati adalah ribuan monyet yang berkeliaran, mulai dari bawah kaki gunung sampai puncak. Sepanjang jalan akan ditemani oleh segerombolan Kera, dengan spesies Macaca fascicularis yang termasuk primata tua endemik Indonesia.
Selain bisa bertemu dengan segerombolan Kera dan menikmati pemandangan dari puncak Pengsong, hal yang paling mengagumkan adalah menikmati daun - daun yang berguguran dari pepohonan gunung tersebut. Anda bisa datang di waktu yang tepat, saat musim panas diatas Gunung Pengsong.
Menikmati hamparan daun coklat secara alamiah. Pohon - pohon tersebut menggugurkan daunnya untuk mengurangi kebutuhan air dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Indah, sangat indah! hamparan coklat ini sangat natural.
Silahkan kagumi panorama alam milik Indonesia ini. Tidak ada salahnya sambil menyaksikan daun yang terus berguguran sekalian mengingat sebuah ayat dalam kitab suci Al-Qur'an, "Bahkan daun yang jatuh - pun atas kehendak - Nya,".
ARTIKEL TERKAIT: