Saat ini penimbunan sampah di gunung - gunung semakin menjadi dan semakin menumpuk. Dahulu di puncak Merapi, sampah menggunung, kemudian dengan sederhana khas alam, Merapi membersihkan diri , dengan letusannya, sampah di lereng dan puncaknya pun hilang dan bersih. Tetapi kini apa yang terjadi? Sampah masih tetap mulai muncul di lerengnya dan di sepanjang Pasar Bubrah. Salah siapa?
Sampah menggunung di lereng gunung |
Mau tak mau dan yakin tak yakin, ini adalah ulah para pendaki yang pantas diberi gelar Pendaki Sampah! Tidak menghargai rumah alam, sampah pribadi di sebarkan di sepanjang gunung, bahkan di sela - sela batu. Apa maksudnya? Andakah yang disebut pecinta alam? Andakah yang dengan bangga menempelkan stiker nama organisasi anda yang ada kata PA dan PALA di basecamp kaki gunung?
Menjadi pendaki sampah adalah hal sepele dan ringan dibanding menjadi pendaki terhormat. Tetapi menjadi pendaki terhormat jauh lebih ringan dibandingkan menjadi pendaki sampah. Itu juga termasuk pendaki yang sudah dengan semangat jauh - jauh datang menyambangi gunung, kemudian hanya tahu naik dan turun gunung. Sama sekali jauh dari kata peduli! Saat rekan - rekannya yang lain sibuk mencari sisa - sisa sampah untuk dikumpulkan kemudian dibawa turun, dia lebih asyik dengan menjuntai langkah menyusuri alam. Dialah penikmat alam yang bisa dikategorikan pendaki sampah!
Bersih Gunung? Ayo lakukan! |
Sudah bukan saatnya mendaki gunung hanya bersenang - senang dan merugikan alam. Berlatihlah peduli dengan konservasi alam dan perawatannya. Jadilah pendaki yang melegenda dengan tahu cara mencintai alam dan melestarikannya. Jangan hanya tahu ucapan: Salam Lestari! Cobalah cintai alam sepenuh hati agar bumi bernafas kembali.
Pecinta alam sejati akan menangis bila melihat alam rusak dan kotor oleh hal yang sebenarnya biasa dari pendaki sampah. Yakni membuang sampah sembarangan. Berjiwalah besar, cobalah balikkan keadaan bila sampah di buang di kamar anda, apa yang anda lakukan? Renungkanlah.
ARTIKEL TERKAIT: