Ia menjelaskan, kecenderungan pengusaha dalam negeri memilih bekerja sama dengan pengusaha asing, khususnya yang berasal dari China, karena kekurangan modal dan tawaran menggiurkan dari pengusaha bersangkutan. Akibatnya, lanjut Marthen Kayoi, kebanyakan kayu log asal Papua dibawa ke negeri China untuk diolah dan dipasarkan di negeri tirai bambu itu. Ia mengungkapkan, harga kayu Papua yang dijual di Papua seharga Rp2 juta per meter kubik, sesudah diolah di China bisa sampai ratusan juta rupiah per meter perseginya. "Kita menjual dengan hitungan per meter kubik, tetapi di China dijual dengan per meter persegi," papar Marthen Kayoi.
Lebih lanjut Marthen Kayoi mengajak semua pihak agar bersama - sama memberikan perhatian kepada permasalahan pengelolaan hutan di Papua. "Saya pikir hal seperti ini tidak boleh dibiarkan terus menerus, dan menjadi tugas kita semua untuk memeranginya," papar Marthen Kayoi. Jika dalam angka, dari 31,5 juta hektare hutan di Papua, tinggal sekitar 23 - 24 juta hektare yang masih bertahan hingga sekarang. "Yang jadi pertanyaan, apakah sisa luas hutan kita itu akan tetap bertahan sampai kiamat atau dalam kurun waktu sepuluh tahun kemudian kembali akan berkurang? Ini pekerjaan berat bagi kita semua," lanjut Marthen Kayoi.
ARTIKEL TERKAIT: