Bencana alam ( banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, dsb ) yang melanda dan meresahkan kehidupan telah menimbulkan banyak kerugian. Lenyapnya harta benda, rusaknya tempat tinggal, sampai menyebabkan hilangnya nyawa bagi manusia, ditambah lagi dengan hilangnya keanekaragaman hayati atau biodiversity dari flora dan fauna Indonesia yang terkenal kaya. Ini terjadi akibat ulah manusia sendiri yang masih kurang peduli terhadap kelangsungan bumi dan kondisi alamnya.
Perilaku dan aktivitas manusia yang kurang bertanggung jawab ditambah dengan kebijakan-kebijakan pemerintah yang masih mengutamakan komersialisasi terhadap potensi sumber daya alam dan ekosistemnya, kian hari kian menggilas hutan kita yang katanya sebagai paru - paru dunia.
Salah satu produk kebijakan pemerintah yang paling konyol dan disahkan pada masa pemerintahan SBY dengan Menteri Kehutanannya yang basic ilmunya jauh dari bidang kehutanan adalah legalisasi penyewaan Hutan Lindung melalui Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2008. Padahal setiap waktu ( setiap jam, setiap menit, bahkan setiap detik ) tanpa adanya kebijakan konyol tersebut, luasan hutan kita sudah sangat drastis berkurang. Deforestasi terus terjadi karena pembalakan liar, penjarahan lahan hutan, kebakaran hutan, konversi lahan yang kebablasan, dsb. Daya dukung alam sudah dalam kondisi koma.
Akankah kita tinggal diam atas apa yang terjadi pada hutan kita?
Jangan hancurkan kehidupan kita sendiri. Jangan tunggu hingga alam ini semakin murka. Hutan adalah penyangga kehidupan ( buffer of life ) untuk bumi dan semua mahluk hidup didalamnya. Tanpa hutan yang lestari, lambat laun kehidupan akan binasa. Salah satu buktinya sudah bisa kita rasakan. GLOBAL WARMING!!!
Sudah Saatnya Kita Lebih Peduli. Lakukan apa yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki daya dukung bumi. Kalau tidak bisa berbuat banyak, lakukanlah 1 hal gampang yang hanya perlu kita lakukan sekali dalam setahun. Ya… Hanya 1 kali dalam setahun. Ketika kita berulang tahun, sisihkan waktu 15 menit saja untuk menanam satu pohon. Tidak harus di kawasan hutan. Tanamlah pohon disekitar tempat tinggalmu. Jika rutinitas ini bisa dilakukan oleh 1 / 1000 saja manusia penghuni bumi, pasti daya dukung alam akan semakin baik dan bumi akan kembali tersenyum walaupun kita menginjak - injaknya setiap hari .
Andaikan bukan lima milyar manusia menghuni bumi, melainkan lima milyar harimau; tidak ada jarak seratus meter pun di Pulau Jawa tanpa anda bertemu seekor harimau. Apa anda tidak akan mengalami trauma / frustrasi dihantui begitu banyak harimau?
Bagi umat bumi yang beruntung tidak dibudidayakan, melihat manusia ibarat melihat harimau yang lebih harimau daripada harimau yang sebenarnya; karena “manusia harimau” ini tidak puas memakan daging
saja, melainkan juga hasil tumbuh - tumbuhan, ya buah, daun, bunga, kayu bahkan juga bahan bakar, logam, plastik, semen, beton dan lain - lain lagi.
Bayangkan, untuk memenuhi kebutuhan lima milyar “manusia harimau” itu, betapa banyak makhluk bumi harus dibudidayakan ( alias dicalon - korbankan ), diburu, ditembak, dijerat, dijaring, dipancing,
dibabat, digergaji,…. Perut bumi pun dibor dan diledakkan. Dan pengotorannya tidak tanggung-tanggung mencemari tanah, sungai, laut, udara bahkan menyebabkan hujan asam, merusak lapisan
ozon diudara dan meningkatkan suhu bumi.
Jika dibiarkan, dalam tahun 2025 menurut ramalan, umat manusia akan mencapai jumlah 8,5 milyar. Naik sekitar 3,5 milyar dalam 35 tahun menuju malapetaka dimana bumi berikut umat insan akan meratap dan
berkabung.
Sebaliknya, andaikan bukan kenaikan melainkan penurunan 3,5 milyar jumlah penduduk itu bisa diwujudkan, bumi dan umat insan akan berseri. Begitulah pesan bumi.
Sadar akan “menghamanya” umat manusia, di Indonesia, terutama dikota - kota besar yang padat penduduk, pasangan - pasangan subur sibuk ber - KB untuk menurunkan jumlah populasi sampai serendah - rendahnya. Memang lebih baik, daripada menurunkannya melalui peperangan atau membiarkan orang - orang mati konyol melalui kelaparan atau penyakit. “Satu anak saja demi masa depan tanpa polusi, tanpa kemacetan lalu - lintas, tanpa pengangguran, tanpa kemiskinan, tanpa harus hidup berhimpit dalam kampung kumuh / rumah susun, tanpa transmigrasi, tanpa penggusuran, tanpa cemas kehamilan, tanpa pengguguran,…”
Hari Bumi diperingati pada tanggal 22 April secara Internasional Hari Bumi dirancang untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap planet yang ditinggali manusia ini yaitu bumi. Dicanangkan oleh Senator USA Gaylord Nelson tahun 1970 seorang pengajar lingkungan hidup. Tanggal ini bertepatan pada musim semi di Northern Hemisphere ( belahan bumi utara ) dan musim gugur di belahan selatan. PBB sendiri merayakan hari bumi pada 20 Maret sebuah trdisi yang dicanangkan aktivis perdamaian John McConnell pada tahun 1969, adalah hari dimana matahari tepat diatas katulistiwa yang sering disebut Maret Equinox. הובלות
ARTIKEL TERKAIT: