Tetapi jalur itu kami pilih karena masih landai dan lebih alami, termasuk di pos satu Taman Sari Bawah bisa menemui warung kecil - kecilan bisa pesan makanan maupun minuman untuk menghangatkan badan. Seperti di atas kami sebut, kenapa Cemoro Kandhang lebih alami? Karena jalur Cemoro Sewu sudah di beri tatanan batu yang gunanya untuk memudahan para pendaki ritual menuju Hargo Dumilah.
Walau modifikasi penuh, tetapi tentu tak begitu di sukai para petualang karena akan mirip berwisata, bukan menerjang alam bebas. Ritual? Ya ...saat kami mendaki dan menuruni Lawu, sering berpapasan dengan orang - orang yang bukan mirip pendaki, tetapi mirip orang yang hendak berlaku tapa di alam, misalnya berpakaian ala jawa dengan Surjan ( baju jawa yang biasa di pakai oleh kalangan keraton Yogyakarta), lalu kopiah atau peci dan menyandang berbagai macam alat dan bahan yang tak lazim di gunakan pendaki gunung, seperti pisang segerobak, bunga, keris dan aneka macam barang yang orang akan mudah menilai itu di gunakan untuk melakukan semacam ritual.
Dan juga kebanyakan orang - orang tadi sudah berumur, atau bisa di katakan para bapak - bapak yang didampingi istri dan para pembawa barang atau kuli atau juga istilah gunungnya para porter. Mengenai mistis Lawu, ada kutipan tentang itu :
Mistis, diakui atau tidak sudah merasuki budaya bangsa ini. Dan ketika mantan Presiden Soeharto masuk rumah sakit lagi, hal - hal mistis pun kembali menyelubunginya. Salah satunya, sakit Soeharto dikaitkan dengan longsornya Gunung Lawu.
Salah seorang paranormal yang namanya kini naik daun, Prof Limbad, menduga umur Soeharto tidak akan lama lagi. Menurut Mbah Lim, tanda - tanda alam memperlihatkan tahun ini akan menjadi tahun terakhir bagi pria kelahiran Kemusuk, Argomulyo, Yogyakarta, 8 Juni 1921 tersebut.
“Tahun - tahun ini Soeharto akan meninggal. Kita bukan mendahului takdir, ini kita bisa tebak dari pertanda - pertanda alam yang ada,” kata Mbah Lim.
Pertanda alam yang dimaksud Mbah Lim, salah satunya adalah adanya longsor di Tawangmangu, Karanganyar, di lereng Gunung Lawu. Pada 26 Desember lalu, Gunung Lawu longsor dan mengakibatkan puluhan orang tewas.
Gunung Lawu merupakan salah satu pusat kekuatan mistik di Jawa. Gunung ini disebut - sebut menjadi salah satu tempat favorit Soeharto melakukan ritual mistis untuk menguatkan kekuasaannya.
Orang dekat Soeharto pernah membenarkan mantan presiden itu sering bersemedi di Gunung Lawu. “Saya pernah mengiringi beliau naik ke puncak Lawu. Ketika yang muda - muda sudah ngos - ngosan kelelahan, beliau yang saat itu juga sudah cukup berumur sama sekali tidak terlihat lelah hingga sampai puncak,” ujar sumber yang tinggal di Tawangmangu, Solo itu.
Namun penerawangan Mbah Lim dimentahkan oleh Ki Gendeng Pamungkas. Menurut Ki Gendeng, tahun ini tidak akan menjadi akhir bagi Soeharto. “Belum akan meninggal dulu tahun ini,” kata Ki Gendeng yang pernah berseteru dengan Mbah Lim terkait kasus hukum Bupati Kutai Kartanegara Syaukani.
Meski umur Soeharto masih akan bertambah, Ki Gendeng menyatakan kondisi Soeharto tahun ini ibaratnya mati tidak, hidup pun tidak. “Ya gitu - gitu saja,” ujar Ki Gendeng.
Namanya juga mistik, silakan anda bersikap. Yang jelas, umur berada di tangan Tuhan bukan? Soeharto mantan presiden Indonesia memang kuat dalam hal mistis dan menjadi gunjingan masyarakat luas. Entahlah, Walahuallam Bisawab . Puncak Lawu memang bagus dan berbeda dengan puncak - puncak gunung lain yang cenderung mengerucut, Lawu berpuncak yang mendatar dan memanjang hingga membuat orang bingung, mana puncak tertingginya?
Bila bingung cobalah, temui Mbok Yem penjaga warung di puncak Lawu. Ya disana ada warung kecil yang menyediakan aneka makanan dan minuman penghangat badan. Dan juga biasanya di gunakan sebagai tempat singgah para pemburu ritual mistis Lawu. Jarak menuju puncak Hargo Dumilah puncak Lawu sekitar 15 menit lagi dari warung mbok Yem tadi.
Puncak Lawu ada dua yang tersohor, yakni Hargo Dumilah dan Hargo Dalem, dan bisa di capai dari dua jalur tadi di atas. Hargo Dalem merupakan situs mistis peninggalan Prabu Brawijaya V. Banyak situs - situs di Lawu yang entahlah apa khasiatnya, yang pasti hanya Tuhan pemiliknya alam semesta. Ada lagi tempat ritual, yakni Sendang Drajat, dan bagi para pendaki disarankan mengambil air dari sana untuk perbekalan turun.
Seperti saat memasuki Pos Bayangan Cemoro Kandhang juga orang disana bilang bila kita akan memasuki pintu gerbang Majapahit.Disana akan mudah di temui orang - orang yang melakukan semacam ritual dan berhubungan dengan mistis. Tetapi ya kita kembali pada tujuan awal, yakni mendaki dan mengagumi alam Lawu. Bukan hendak melakukan mistis semacam tadi. Hanya Allah Swt lah yang gaib.
Tak usahlah kita berlebihan berbekal kemenyan segudang, karena Lawu pantasnya dijaga dan di nikmati indahnya. Tidak lebih, kecuali para dukun mistis yang berkehendak lain. Puncak Lawu memang berbeda dengan puncak gunung lain dan ditambah suasana mistis yang di bangun para penggemar mistis dan klenik. Lihatlah Edelweis ungu di Lawu dan tukikan Elang Jawa yang terbang dan hampir punah. Cukup, dan tetap menjaganya.
ARTIKEL TERKAIT: