Gunung Uhud

Gunung Uhud, gunung yang terletak di sebelah utara kota Madinah, dengan tinggi sekitar 1.077 mdpl. Madinah Al Munawarrah adalah kota utama di Arab Saudi. Di sana terdapat Masjid Nabawi yang memiliki pahala dan keutamaan bagi kaum Muslim. Gunung Uhud adalah salah satu lokasi yang cukup menentukan sejarah Islam. Di gunung inilah pasukan muslim digempur habis - habis oleh pasukan kafir Quraisy pada 3 H. Menziarahinya kita akan mengambil hikmah tentang pahit getir perjuangan Rasulullah dan para sahabat mempertahankan Islam, mengambil hikmah dari cinta dan kesetiaan pada sebuah pilihan, menjadi muslim yang taat. Gunung tersebut bukan termasuk dalam rangkaian pegunungan yang berjajar dan sambung - menyambung mengelilingi Madinah. Uhud merupakan gunung yang terpisah. Kata Uhud itu sendiri memang berarti menyendiri. Dari Masjid Nabawi, gunung yang membentang sepanjang 7 kilometer dengan puncak setinggi 1.077 meter itu terlihat menjulang layaknya raksasa tidur.

Uhud tak beda dengan gunung - gunung di Arab lainnya yang berupa gundukan batu tandus dan gersang. Konon bebatuan yang menjadi badan Uhud mengandung granit, marmer merah dan batu - batu mulia. Karenanya dari kejauhan Gunung Uhud terlihat berwarna kemerahan. Ada yang bisa di teladani dari gunung Uhud itu, salah satunya adalah peperangan kedua antara kaum kafir Quraisy dengan para muslimin pada tanggal 15 Syawal 3 H. Peperangan ini dipersiapkan secara matang oleh kaum Quraisy di bawah pimpinan Abu Sufyan setelah menderita kekalahan besar di bukit Badar beberapa waktu sebelumnya. Quraisy menyiapkan 3.000 pasukan, 200 diantaranya pasukan berkuda yang amat tangguh di bawah pimpinan Khalid bin Walid. Sedangkan Rasulullah saat itu hanya mampu menghimpun 700 orang setelah 300 orang lainnya memilih mundur karena hasutan Abdullah Ubay, tokoh munafikin Madinah.

Dengan jumlah personil yang sangat tidak berimbang, Rasulullah menerapkan strategi menempatkan 50 pemanah di atas Bukit Rumat di sebelah Uhud, untuk melindungi pasukan muslim yang bertahan di kaki dan lereng Uhud. Strategi ini amat jitu, terbukti pasukan muslim mampu menguasai medan perang dan pasukan Quraisy terpukul mundur meninggalkan semua perbekalannya. Ketika pasukan di bawah mengumpulkan barang-barang yang ditinggalkan musuh, pasukan pemanah tergoda untuk turun kecuali pimpinan pasukan Abdullah bin Jabir dan enam orang lainnya. Padahal sebelumnya Rasulullah telah berpesan apapun yang terjadi di bawah, menang ataupun kalah, pasukan pemanah dilarang turun. Kondisi ini dilihat oleh Khalid bin Walid yang segera membawa pasukan memutar dan selanjutnya mampu menguasai Rumat. Quraisyn yang telah terdesak berbalik kembali dan melanjutkan perang setelah Khalid mampu membalikkan penguasaan medan. Pasukan muslim yang terlena, terhenyak dengan serangan balik itu. Muslimin terpukul. 70 sahabat terbunuh di peperangan itu, termasuk diantaranya adalah panglima perang Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Nabi. Perwira tangguh dari Bani Hasyim itu gugur mengenaskan bahkan jantungnya dikeluarkan dan dimakan oleh Hindun, istri Abu Sufyan, untuk melampiaskan dendam atas kematian ayahnya di tangan Hamzah pada peperangan sebelumnya. Selanjutnya pasukan muslim semakin tidak terkendali, bahkan pasukan pelindung Rasulullah juga terpisah - pisah. Karenanya sejumlah pasukan Quraisy mampu mendekati Rasulullah dan berkali-kali melukai tubuhnya. Bahkan Rasulullah sempat jatuh tersungkur sehingga musuh yakin Rasulullah telah gugur.

Para sahabat menyaksikan dan menceritakan, belum pernah mereka menyaksikan Rasulullah SAW menangis hingga sesegukan sekeras tangisnya di Uhud ketika melihat dan memeluk tubuh as-syahid Hamzah. Hamzah yang semasa hidupnya dijuluki sebagai asadullah ( pedang Allah ) selanjutnya digelari “sayyidusy syuhada” ( penghulu para syuhada ). 70 syuhada yang gugur dimakamkan di kaki Uhud dengan kondisi memprihatinkan. Sayyidina Hamzah dimakamkan satu liang dengan keponakannya yang juga sepupu Rasulullah, Abdullah bin Jahsy. Dikisahkan, karena kondisi yang serba kekurangan hingga tidak ada kain kafan yang mencukupi untuk membungkus seluruh tubuh Hamzah sehingga bagian kakinya hanya ditutupi dengan dedaunan. Allah memberikan pelajaran besar bagi muslimin tentang kesetiaan. Di Uhud yang menyediri dan terisolir itulah kaum muslimin yang saat itu masih lemah dan terisolir di Jazirah Arab, dianugerahi karunia hikmah tentang menjaga diri dari godaan - godaan untuk tidak melampaui batas dan godaan menguasai duniawi.



Untuk mengenang perjuangan berat itu, setiap tahun Rasulullah menziarahi makam para syuhada di Uhud. Hal serupa diikuti para khalifah selanjutnya. Bahkan pada suatu ketika Rasullullah pernah bersabda, “Uhud adalah gunung yang mencintai kita dan kita ( juga ) mencintainya. Rasulullah juga pernah menyebutkan Uhud adalah salah satu gunung yang ada di Surga. Menziarahi Gunung Uhud adalah mengambil hikmah bahwa Allah mencintai hamba - hambaNya dengan pelajaran yang dianugerahkanNya dalam perang Uhud. Menziarahinya kita akan mengambil hikmah tentang pahit getir perjuangan Rasulullah dan para sahabat mempertahankan Islam, mengambil hikmah dari cinta dan kesetiaan pada sebuah pilihan, menjadi muslim yang taat. Satu kisah gunung Uhud yang lain, Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS pernah menaiki Gunung Uhud ingin melihat tempat tinggal Nabi Allah yang terakhir. Tak lama setelah itu Nabi Harun AS jatuh sakit dan wafat di tempat itu. Selanjutnya dia dimakamkan di salah satu tebing Gunung Uhud yang sekarang dinamai Tebing Harun.

Gunung Uhud pernah dilanda banjir besar yang menyebabkan beberapa bagian lokasi di Gunung Uhud tergerus hingga longsor. Salah satu tempat yang longsor adalah makam Sayyidina Hamzah dan Abdullah bin Jahsy hingga jasad keduanya tampak di permukaan. Diceritakan, jasad keduanya masih terlihat utuh meskipun telah 43 tahun terkuburkan. Bahkan ketika tangan Hamzah yang semula menutupi luka di tubuhnya tergeser, dari luka itu masih mengalir darah segar seperti jasad orang yang baru saja meninggal. Jasad keduanya dimakamkan kembali tak jauh dari makam 68 syuhada Uhud lainnya. Makam keduanya diberi tanda batu - batu hitam yang mengelilingi makam.

Ada riwayat juga menceritakan Rasulullah pernah menaiki puncak Uhud bersama Abu Bakar Assidhiq, Umar ibn Khathab dan Utsman bin Affan. Sesaat setelah keempatnya berada di puncak, terasa Gunung Uhud bergetar. Rasulullah lalu menghentakkan kakinya dan bersabda, “Diamlah kamu Uhud. Di atasmu sekarang adalah Rasulullah dan orang yang selalu membenarkannya dan dua orang yang akan mati syahid.” Tak lama setelah itu Uhud berhenti bergetar. Demikianlah tanda kecintaan dan kegembiraan Uhud menyambut Rasulullah.


Yang dimaksud Rasulullah sebagai orang yang selalu membenarkannya adalah Sayyidina Abu Bakar yang diberi gelar asshidiq karena selalu membenarkan semua tindakan dan sabda Rasulullah di saat orang-orang masih meragukannya. Sedangkan Sayyidina Umar dan Sayyidina Utsman di kemudian hari akhirnya memang wafat akibat pembunuhan saat keduanya menjabat khalifah.

Request Article Habib Djangan Pakies

ARTIKEL TERKAIT:

Alamat:

Labasan Pakem Sleman Yogyakarta 55582

Jam Kerja:

Senin - Kamis dari Jam 9.00 Wib to 17.00 Wib

Telepon:

0813 9147 0737

"Salam Rimba Indonesia"

Indonesia kaya akan keindahan alam dan tugas kita untuk menjaga sekaligus menikmatinya.

Kami, Para Sherpa selaku admin webblog Belantara Indonesia mengucapkan:
"Selamat menjelajah alam cantik Indonesia".

×