Asma Dan Pendakian Gunung

Penyakit asma adalah penyakit inflamasi ( radang ) kronik saluran nafas menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan nafas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi ( nafas berbunyi ngik - ngik ), sesak nafas, dada terasa berat dan batuk - batuk terutama malam menjelang dini hari.

www.belantaraindonesia.org

Gejala tersebut terjadi berhubungan dengan obstruksi jalan nafas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversible dengan atau tanpa pengobatan.

Orang yang memiliki asma dan amat menikmati aktivitas di luar ( outdoor ) umumnya akan merasa khawatir ketika hendak melakukan perjalanan ke dataran tinggi seperti mendaki gunung, misalnya.

Ternyata, melakukan perjalanan ke dataran tinggi atau gunung tidak selalu mustahil dilakukan oleh penderita asma, meskipun tentunya kehati - hatian tetap diperlukan.

Tidak dipungkiri bahwa penderita asma lebih rentan jika bepergian ke dataran tinggi jika dibanding dengan orang normal atau yang tidak menderita asma.

Namun, jika kondisi tubuh fit dan sehat, serta asma yang terkontrol dengan baik, seharusnya melakukan perjalanan ke ketinggian tidak akan menimbulkan masalah berarti.

Tentu saja, perjalanan mendaki gunung harus dilakukan secara perlahan-lahan dengan mengetahui batas kemampuan diri dan tidak dipaksakan. Ketinggian umumnya memiliki sedikit efek pada penderita asma yang stabil.

Tapi jika asma yang diderita begitu parah, maka melakukan perjalanan ke ketinggian dapat menempatkan penderita dalam bahaya.

Ditambah kondisi yang dingin serta lapisan oksigen yang lebih tipis di dataran tinggi, semuanya ini bisa memicu gejala asma.

www.belantaraindonesia.org


Penderita asma yang biasa menggunakan bronkodilator tiga kali atau lebih dalam seminggu yang sudah berlangsung selama setidaknya satu tahun juga memiliki risiko besar saat melakukan perjalanan ke dataran tinggi.

Seperti telah disebutkan, kondisi yang dingin dan lembab yang umumnya ditemui pada ketinggian atau dataran tinggi cenderung memperburuk asma. Perjalanan mendaki yang melelahkan juga bisa memicu serangan asma.

Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah kondisi inhaler yang sering digunakan oleh penderita asma. Dalam cuaca yang lebih dingin, tekanan inhaler mungkin saja akan berubah sehingga inhaler tidak dapat bekerja secara normal.

Jadi sebelum menggunakannya, inhaler perlu dipanaskan menggunakan panas tubuh dari tangan. Jadi, genggam inhaler dalam telapak tangan selama beberapa saat sebelum digunakan.

Agar perjalanan lebih aman dan nyaman, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter beberapa hari sebelum keberangkatan.

Dokter akan memberikan saran - saran yang tentunya amat bermanfaat selama melakukan perjalanan ke dataran tinggi.

Dokter mungkin juga akan meresepkan pengobatan pencegahan untuk memberikan perlindungan ekstra selama perjalanan.

Ini termasuk memberikan bekal obat tambahan yang bisa diminum saat terjadi sesuatu yang tidak diinginkan atau situasi darurat.

Jadi, dataran tinggi bukan merupakan tempat yang harus selalu dihindari. Pastikan saja untuk berhati-hati dan mengambil langkah antisipasi sebelumnya.

Pada beberapa penderita asma, terutama yang dipicu oleh tungau debu rumah, berada di dataran tinggi mungkin justru akan meningkatkan kondisi mereka. Di dataran tinggi, tungau debu umumnya tidak dapat bertahan hidup.

Jadi, konsultasikan kepada dokter sebelum melakukan perjalanan ke ketinggian atau mendaki gunung untuk menjamin perjalanan tetap aman dan menyenangkan.

ARTIKEL TERKAIT:

Alamat:

Labasan Pakem Sleman Yogyakarta 55582

Jam Kerja:

Senin - Kamis dari Jam 9.00 Wib to 17.00 Wib

Telepon:

0813 9147 0737

"Salam Rimba Indonesia"

Indonesia kaya akan keindahan alam dan tugas kita untuk menjaga sekaligus menikmatinya.

Kami, Para Sherpa selaku admin webblog Belantara Indonesia mengucapkan:
"Selamat menjelajah alam cantik Indonesia".

×