Kemudian akan mendapatkan pandangan Matahari terbit, dan yang utama rasa bangga berhasil menggapai puncak.
Ada kalanya lebih penting untuk menghargai dan menyelamatkan kehidupan kita, ketimbang mengorbankan segalanya demi ambisi kita, seperti cerita dalam novel Into Thin Air yang diangkat dari kisah nyata dan catatan pribadi Jon Krakauer, wartawan dan penulis buku yang mengisahkan perjalanan menuju puncak Gunung Everest yang berakhir tragis.
Saat ini, mendaki gunung Everest bukanlah merupakan suatu hal yang sulit seperti di masa - masa sebelumnya.
Banyak turis kaya dengan bekal pengetahuan dan pengalaman pendakian gunung yang tidak terlalu banyak, mampu menggapai puncak Everest dengan bantuan teknologi, guide, serta Sherpa mereka. Meskipun begitu, mendaki gunung tetaplah olahraga yang mahal dan berbahaya.
Dengan semangat, ambisi dan keberanian, beberapa jutawan yang dipimpin oleh Scott Fischer, pemimpin agen perjalanan "Mountain Madness" berupaya untuk mencapai puncak Everest di tahun 1996.
Dalam rombongan, ikut juga Jon Krakauer, wartawan olahraga yang bermaksud mendokumentasikan perjalanan ini, namun tak disangka, perjalanan yang disangka aman, dipimpin oleh guide berpengalaman, berakhir dengan malapetaka yang dahsyat.
Tengah malam 10 Mei 1996, cuaca cerah, para pendaki memutuskan untuk berangkat menuju puncak Everest.
Beberapa telah berhasil mencapainya, dan turun kembali menuju ke kamp IV ( kamp terakhir sebelum puncak ), salah satunya adalah Jon Krakauer.
Beberapa masih dalam perjalanan menuju puncak. Pendaki yang sudah di puncak mulai menyadari bahwa cuaca buruk akan segera datang dan menyarankan kepada para pendaki yang belum sampai puncak untuk segera turun.
Tetapi mereka yang belum sampai puncak memutuskan untuk tetap melanjutkan perjalanan, sebelum akhirnya mereka menyadari bahwa keputusan mereka salah dan berakhir fatal.
Ada hal yang tidak bisa dilawan di dunia ini, keganasan alam dan takdir. Beberapa hal bisa dipelajari dan dipersiapkan. Namun ambisi semata juga tidak mampu menyelamatkan nyawa dibandingkan kekuatan alam itu sendiri.
Gunung Everest tetap menjadi tempat yang mencekam sekaligus menantang bagi banyak orang. Meskipun telah banyak korban yang berjatuhan, tidak mematikan semangat orang untuk berusaha mencapainya.
Dalam tidur, bermimpilah mendaki gunung tinggi. Segeralah bangun dan jangan lanjutkan semua itu dalam mimpi. Wujudkan! Tetapi haruslah tetap mengukur kemampuan kita serta jangan mencoba melawan alam.
Pikiran kembali, bahwa lebih penting untuk menghargai dan menyelamatkan kehidupan kita, ketimbang mengorbankan segalanya demi ambisi kita.
Cobalah berpedoman, Puncak Bukan Segalanya dan Puncak Tetap Bukan Segalanya.
ARTIKEL TERKAIT:
Inspirasi
- Ternyata Air Lebih Mahal Dari Emas
- Rindu Gunung Yang Dulu...
- Pendaki Era 90 an, Penuh Perjuangan
- Jangan Salah Pilih Teman Pendakian Gunungmu!
- Norman Edwin Quotes
- Tips Seru Petualangan Dengan Anak
- Inilah Sensasi Saat Mendaki Gunung
- Ingin Sahabat Sejati? Carilah Di Hutan Belantara
- Berilah 'Kelas Alam' Bagi Si Kecil
- 10 Lagu Wajib Nasional Indonesia Yang Menggetarkan Hati
- Romantisnya Mendaki Gunung Dengan Pasangan
- Mengharukan: Demi Anak, Seorang Ayah Jual Pena
- 70 Kali Dalam Sehari Maut Dekat Dengan Manusia
- Menikmati Pemandangan Alam Adalah Hak Kita, Tapi....
- Mendaki Gunung Tidak Akan Merubah Apapun!
- Inilah Masjid Portable Yang Pertama Di Indonesia
- Tips Berwudhu Di Alam Bebas
- Tips Packing Yang Tepat Untuk Mendaki Gunung
- Modal Utama Pendakian Gunung: Niat Belajar Dari Alam
- Menjadi Pendaki Yang Cerdas
- Gunung, Racun Yang Menyembuhkan!
- Sang Pemberani Yang Masuk Dalam Kawah Merapi
- Jatuh Cinta Paling Indah Itu Di Puncak Gunung
- Izinkanlah Aku Mendaki Gunung, Sekali Ini
- Dari Gunung Untuk Para Pendakinya