Gajah Adalah Anak Kandung Rimba Sumatera

Gajah adalah anak kandung rimba Sumatera. Dan itu adalah kenyataan dari dahulu tatkala mereka masih aman bersanding dengan alam, hingga kini, saat keberadaan mereka terkalahkan oleh pembalakan hutan dan pemusnahan satu persatu sang Gajah.

www.belantaraindonesia.org

Hewan mamalia berbadan besar ini hidup berkelompok dalam ikatan sosial yang kuat. Pemimpin mereka, betina dewasa. Gajah tergolong hewan herbivora atau pemakan tumbuh - tumbuhan. Satwa berbebelalai ini membutuhkan makanan sampai sepuluh persen dari berat tubuhnya. Seekor gajah jantan dewasa, beratnya bisa mencapai 3 ton.

Berkulit tebal tanpa pori - pori di permukaan kulit, membuat gajah tak tahan panas. Mereka butuh naungan pepohonan hutan yang rindang.

Pola hidup satwa purba ini sangat unik. Gajah tak pernah berdiam di satu lokasi. Mereka selalu bergerak dan mempunyai wilayah jelajah dengan rute yang tetap sepanjang hidupnya. Mereka bisa menjelajah antara 32 hingga 170 kilometer persegi. Dalam sehari, gajah mampu berjalan sejauh 40 kilometer.

www.belantaraindonesia.org

Namun, ketamakan manusia merubah segalanya. Hutan lindung yang semestinya menjadi tempat tinggal aman buat gajah, diusik keberadaannya. Hutan telah ditebang dan beralih rupa menjadi perkebunan serta pemukiman. Tapi gajah tak bisa merubah rute jelajahnya. Mereka tetap melewati rute jelajah yang kini ditinggali manusia. Dan benturan pun tak terelakkan. Korban berjatuhan di kedua belah pihak.

Ini, sebenarnya amat ironis terlebih mengingat habitat atau tempat gajah hidup sebenarnya dilindungi oleh hukum. Contohnya kawasan suaka margasatwa Balairaja di Kabupaten Bengkalis, Riau.

Status margasatwa ditetapkan tahun 1987. Tak berselang lama sekitar tahun 1990 - an, perambahan hutan untuk dijadikan kebun kelapa sawit mulai marak. Dari 18 ribu hektar hutan, kini tersisa hanya 200 hektar saja.

Salah satu saksi hidup perubahan hutan Balairaja adalah Edi Basuki. Edi telah 21 tahun bertugas sebagai polisi hutan. “Jadi, kita melarang masuk masyarakat ke dalam hutan Balairaja. Tapi ternyata di dalam situ sudah ada pohon sawit yang ditanam oleh orang yang bermodal”, tutur Edi.

Di dalam kawasan suaka margasatwa juga bermukim sekitar seribu kepala keluarga. Banyak yang telah menetap sebelum status suaka margasatwa ditetapkan. Dan hingga hari ini, banyak dari mereka yang tidak tahu bahwa tempat tinggal mereka berada di dalam kawasan suaka margasatwa.

Berkaitan dengan gajah sumatera, Nasip ( salah seorang warga ) mengakui bahwa gajah kerap melintas di kampung tempat ia tinggal, desa Pematang Pudu, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Riau. Gajah kerap melintas, karena ini adalah wilayah jelajahnya yang kini telah berubah menjadi pemukiman dan perkebunan warga.

www.belantaraindonesia.org

Kalau ada gajah masuk kita halau, tapi itu maksudnya baik, dengan cara baik juga. Pergilah datuk, gak usah ganggu kami. Kita cari makan, datuk juga cari makan. Lantas dia pergi. Kalau pakai cara kekerasan, dia juga akan keras”, demikian penjelasan Nasip. Datuk, adalah sebutan warga kampung pada gajah liar sumatera.

Bambang Dahono Adji, Kepala Balai Besar KSDA Riau punya pendapat sendiri mengenai pemukiman yang dibangun di tengah jalur pelintasan Gajah, “Bagaimana mengatasi masyarakat di dalam kawasan suaka margasatwa? Lha ini ada namanya desa konservasi. Ini harus kita coba supaya masyarakat tidak merusak hutan tapi tingkat pendapatan mereka dipenuhi”.

Kelestarian hutan sebagai tempat hidup gajah, selaras dengan kelestarian gajah itu sendiri. Dibutuhkan titik temu antara realitas pertumbuhan penduduk dan pelestarian lingkungan. source

ARTIKEL TERKAIT:

Alamat:

Labasan Pakem Sleman Yogyakarta 55582

Jam Kerja:

Senin - Kamis dari Jam 9.00 Wib to 17.00 Wib

Telepon:

0813 9147 0737

"Salam Rimba Indonesia"

Indonesia kaya akan keindahan alam dan tugas kita untuk menjaga sekaligus menikmatinya.

Kami, Para Sherpa selaku admin webblog Belantara Indonesia mengucapkan:
"Selamat menjelajah alam cantik Indonesia".

×