Tangisan Rinjani Karena Pendakinya

Gunung Rinjani kini jadi perhatian banyak pendaki. Bukan karena cantiknya pemandangan, melainkan karena gunungan sampah yang dibuang oleh para pendaki. Sebenarnya siapa yang paling banyak nyampah di sana? Jangan kaget atau heran jika yang paling banyak membuang sampah di Gunung Rinjani adalah para pendaki lokal. Pendaki asing justru lebih tertib dalam membuang sampah saat naik gunung.

http://www.belantaraindonesia.org/

Menurut Rudi, Kasi Umum Taman Nasional Gunung Rinjani, "Pendaki mancanegara justru lebih tertib dalam membuang sampah. Ya, yang paling banyak dari lokal. Mereka asalnya dari Jakarta dan daerah lainnya," tuturnya.

Perilaku membuang sampah sembarangan dari para pendaki lokal ini sangat berbanding terbalik dengan perilaku pendaki mancanegara. Dalam rombongan kecil saja mereka membuang sampah, bisa dibayangkan jumlah sampahnya jika mereka datang dalam rombongan besar.

Banyaknya sampah di Gunung Rinjani memang menjadi perhatian tersendiri di kalangan para pendaki. Semuanya menyayangkan kejadian tersebut dan mengharapkan adanya sanksi tegas berupa denda kepada para pendaki yang buang sampah sembarangan.

Pihak Taman Nasional Gunung Rinjani berharap timbul kesadaran dari para pendaki lokal untuk tidak membuang sampah sembarangan di Gunung Rinjani. Atau setidaknya, sampah yang dibawa naik agar dibawa turun kembali.

Dari sekian banyak sampah yang tersebar di Gunung Rinjani, ada satu yang paling terlihat. Bungkus bekas Madurasa terlihat paling banyak berserakan. Tak heran, karena madu sachet ini sumber energi favorit para pendaki.

http://www.belantaraindonesia.org/

Alam yang tadinya begitu cantik, kini tak beda dengan area pembuangan sampah. Salah satu yang paling banyak terlihat adalah bungkus Madurasa.  Tak hanya di pendakian, sampah Madurasa juga ditemukan sampai di Puncak Rinjani.

Mengapa Madurasa? Karena dianggap pengganti paling praktis dibanding mengkonsumsi potongan gula merah. Madurasa yang manis dan mengandung karbohidrat bisa menambah tenaga saat mendaki. Tak heran jika banyak yang mengkonsumsi.

Selain Madurasa, sampah terbanyak lainnya adalah coklat Choki Choki. Yang memang fungsinya sedikit banyak mirip dengan potongan gula merah.  Sampah lainnya itu ya cangkang telur dan sampah plastik seperti bungkus mie instan dan sejenisnya.

Sampah ini sering ditemui di area kemping karena di sanalah para pendaki memasak. Padahal, di dekat area Segara Anak sudah disediakan tempat sampah, setidaknya untuk sampah organik.

Kagetnya, sampah makanan itu suka ditinggal begitu saja oleh porter yang biasa memasak. Kita mau bilang apa?

Hobby Bagus Berubah Konyol
Satu gaya foto yang sedang digandrungi oleh pendaki muda adalah berfoto dengan kertas yang ditulis ucapan. Menarik memang, tapi sayang kenyataan tak selamanya semanis itu.  Saat ini, sedang banyak dilakukan foto dengan kertas ucapan di puncak gunung termasuk di Rinjani. Sayangnya pendaki lupa membawa pulang kertas sehingga menumpuk di Puncak Rinjani. Ampun!

http://www.belantaraindonesia.org/

Tidak semuanya kertas tapi ada yang lebih parah. Bayangkan saja, ada yang melaminating kertas ucapan dan setelah berfoto, ia meninggalkannya begitu saja. Kalau laminating kan plastik ya, tak bisa diurai.

Foto boleh jadi hasilnya indah dan keren. Tapi apa kerennya jika sampahnya dibuang begitu saja di puncak. Jangan mengaku pecinta alam jika masih senang menyiksa alam.

BAB Sembarangan di Jalur Pendakian Rinjani 
Memang, tidak ada toilet di area pegunungan. Tapi bukan berarti para pendaki bisa seenaknya buang hajat. Gunung Rinjani yang didera sampah, diperparah lagi dengan kotoran manusia di tepi jalur pendakian!

Membayangkannya saja sudah jijik, apalagi melihat atau membauinya langsung. Tapi inilah kenyataan yang telah terjadi selama bertahun - tahun. Pendaki buang air besar tanpa tahu bagaimana cara yang baik dan benar.

http://www.belantaraindonesia.org/

Bisa dibilang, area dari Pelawangan Sembalun ke Danau Segara Anak jadi area "WC umum" para pendaki. Tapi, sekarang makin parah karena sudah sampai di dekat jalan pendakian.  Saat ini, sisa kotoran manusia makin banyak ditemui di area tersebut. Makin parah, karena banyak yang tidak peduli pendaki lain dan asal membuang kotoran di jalur pendakian.

Ini adalah hal mendasar yang harus diketahui setiap pendaki. Bagaimana cara membuang air besar yang baik dan benar selama naik gunung. Hanya menggali, dan kemudian menutupnya lagi dengan tanah atau pasir.

Bahwa setiap pendaki harus punya kemampuan dan pengetahuan naik gunung. Mengetahui cara buang air besar di gunung pun harus dikuasai.

Secara tidak langsung, pendaki yang tak bertanggung jawab ini sudah melakukan polusi udara. Selain bau yang tak sedap, kotoran yang dibiarkan begitu saja juga bisa jadi sumber penyakit.

Cara terbaik menikmati alam adalah dengan berbagi bersama orang lain. Tingkatkan pengetahuan dan toleransi, jadilah pendaki yang cerdas.

Mendaki gunung adalah hak semua orang. Tapi ada juga kewajiban yang harus dipenuhi yaitu menjaga keamanan dan kelestarian alam yang didatangi. Gunung bukan hanya milikmu, ada banyak makhluk lain yang juga butuh alam ini.  sc

ARTIKEL TERKAIT:

Alamat:

Labasan Pakem Sleman Yogyakarta 55582

Jam Kerja:

Senin - Kamis dari Jam 9.00 Wib to 17.00 Wib

Telepon:

0813 9147 0737

"Salam Rimba Indonesia"

Indonesia kaya akan keindahan alam dan tugas kita untuk menjaga sekaligus menikmatinya.

Kami, Para Sherpa selaku admin webblog Belantara Indonesia mengucapkan:
"Selamat menjelajah alam cantik Indonesia".

×