Ada banyak versi kisah tentang Syarif. Konon menurut cerita penduduk, Syarif yang bernama lengkap Syarifudin pernah lama tinggal di puncak Gunung Merbabu, sehingga penduduk menyebutnya puncak Syarif. Dan ada yang bercerita Makam Syarif berada di desa Thekelan.
Mengapa tokoh yang disebut Mbah Syarif ini menyendiri di Gunung Merbabu? Apakah tujuannya untuk mencari ketenangan bathin? Menjauhkan diri dari masyarakat dan keduniawian?
Menurut salah satu versi cerita tentang Mbah Syarif. Mbah Syarif melarikan diri ke puncak Merbabu setelah beliau membunuh istrinya. Untuk pendaki yang bermalam di puncak Merbabu berhati - hati, karena sering ada penampakan seseorang tinggi hitam - hitam.
Versi lain tentang Mbah Syarif yang bernama asli Syarifudin ini merupakan tokoh antagonis dari Demak yang dipercaya mempunyai kesaktian tinggi.
Suatu ketika Mbah Syarif ini berurusan dengan pihak yang berwenang sehingga melarikan diri ke kawasan Gunung Merbabu kemudian tinggal dan membuat rumah di salah satu puncak Gunung Merbabu, yaitu Puncak Kerto sehingga puncak tersebut diganti namanya menjadi ”Puncak Syarif”.
Konon kabarnya bukti keberadaan Mbah Syarif ini dapat dilihat dengan adanya peralatan dapur dan tanaman sayuran yang terdapat di lereng timur Puncak Syarif. Makam Mbah Syarif dipercaya berada di lingkungan Puncak Syarif.
Puncak Syarif ini dulu tidak mempunyai nama. Meskipun banyak juga penduduk yang sudah lanjut usia menyebut puncak ini dengan nama Gunung Pregodalem.
Namun dari banyak cerita penduduk setempat, konon pada jaman dulu di salah satu puncak ada seorang penduduk desa yang tinggal menyepi di atas Gunung Merbabu seorang diri. Syarif namanya.
Mbah Syarif adalah sosok penduduk dusun yang sangat hidup sederhana namun memiliki rasa cinta yang besar terhadap tanah air dan bangsanya selain beliau terkenal sangat taat menjalankan agamanya. Mbah Syarif memiliki sebuah gubug penyepiannya di atas Gunung Merbabu.
Yang luar biasa hebatnya dari Mbah Syarif ini adalah, dia selalu mengetahui jika ada seorang atau kelompok yang akan datang dan sedang melakukan pendakian.
Dari atas dia akan selalu jeli dengan adanya pergerakan mendekati puncak gunung. Beliau juga sangat paham, siapa yang melakukan pendakian, apakah laskar tentara Indonesia atau tentara musuh ( Belanda ). Jika yang mendaki itu adalah sahabat atau teman , seperti TNI atau bangsa sendiri, maka Mbah Syarif akan membuat bantuan navigasi dengan menggunakan cahaya.
Jika di siang hari beliau akan membuat pantulan Matahari dari cermin yang disorotkan ke arah para pendaki, jika malam dia akan membuat lentera yang menjadi suar bagi para pendaki.
Namun sebaliknya jika tentara musuh yang mendaki, maka Mbah Syarif akan segera bergerak ke arah yang sangat sulit untuk didatangi tentara musuh , dan dia akan membuat suar disana, sehingga hal ini akan menyesatkan para pendaki dari kalangan tentara musuh.
Dan untuk menghormati pengabdian serta sumbangsihnya membantu para tentara kita pada akhirnya tempat ( gubuk ) Mbah Syarif ini dijadikan nama salah satu puncak di Gunung Merbabu.
Puncak Syarif selalu ramai dikunjungi pendaki , apakah mereka mendaki hanya untuk sekedar menikmati alam Merbabu atau lain hal. Rumah Mbah Syarif konon terletak di sekitar Jembatan Setan Gunung Merbabu.
ARTIKEL TERKAIT: